KUNINGAN (MASS) – Pejabat seringkali menggunakan diksi “Saya bekerja untuk rakyat”, inilah barangkali yang membuat pejabat publik menjadi arogan, tidak responsif dan anti kritik.
Kata afirmasi tersebut dapat dimaknai bahwa masyarakat adalah sebagai objek yang diberi atau disantuni kinerja pejabat,
Afirmasi tersebut dipropagandakan dan diulang-ulang di setiap kesempatan yang tidak mustahil masuk ke dalam alam bawah sadarnya dan mengisi pada ruang maindsetnya sehingga mengkristal menjadi rasa bahwa pejabatlah yang menjadi bos terhadap rakyatnya.
Padahal di dalam demokrasi justru sebaliknya, yaitu pejabat sebagai objek yang diberi pekerjaan oleh rakyat.
Sampai disini jelas sudah bahwa rakyatlah bos terhadap pejabat, maka afirmasi seharusnya berubah menjadi “Saya bekerja kepada rakyat”. Mudah-mudahan dengan afirmasi ini dapat membentuk watak dan kesadaran bagi para pejabat bahwa masyarakat adalah bos yang harus dilayani, didengar dan dilaksanakan amanatnya dengan sungguh-sungguh dan santun secara filosofi, tentu teknisnya melalui mekanisme yang ada.
Pun juga dengan afirmasi “saya mewakafkan tenaga dan pikiran untuk masyarakat”, sesungguhnya tatkala telah menjadi pejabat, tidak ada tenaga dan pikiran yang disumbangkan kepada masyarakat, tetapi seluruh tenaga, pikiran, gagasan dan penghidupanya diberi upah atau dibayar secara terukur oleh masyarakat melalui mekanisme konstitusional yang disebut gaji dan segala tunjanganya dan atau dalam sebutan lain.
Semoga afirmasi yang tepat menjadi watak dan karakter yang baik selayaknya do’a yang kerap kita panjatkan. Aamiin.
Dadan Satyavadin – masyarakat Kuningan
