KUNINGAN (MASS) – Sudah ramai di grup whatsapp guru dan wali murid, pasalnya mulai Senin depan, anak-anak sekolah di Kabupaten Kuningan harus sudah duduk manis di kelas pukul 06.30 pagi. Bukan sekadar wacana atau uji coba musiman. Ini resmi.
Berdasarkan Surat Edaran Bupati Kuningan, menindaklanjuti Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 58/PK.03/DISDIK tertanggal 28 Mei 2025, bahwa seluruh jenjang pendidikan dari PAUD hingga SMA atau sederajat diminta menyesuaikan jam efektif pembelajaran menjadi lebih pagi.
Alasannya jelas dan cukup klise tapi penting: demi membentuk kebiasaan disiplin, meningkatkan fokus belajar, dan harapannya menyiapkan generasi yang tak hanya bangun pagi tapi juga siap bersaing di masa depan.
Sekilas terlihat “berat”. Tapi jika dicermati, kebijakan ini sebetulnya punya semangat besar: membentuk generasi Cageur, Bageur, Bener, Pinter tur Singer ala Panca Waluya. Atau jika diterjemahkan ke bahasa milenial: sehat, baik, jujur, pintar, dan peka sosial. Kurang apa coba?
Sebagai orang tua, saya termasuk yang satuju pisan (setuju banget) dengan kebijakan ini. Sudah lama sebenarnya anak-anak kita disetel untuk jadi makhluk nokturnal, yaiti tidur larut bangun kesiangan, lalu ngeluh capek di kelas. Padahal dunia nyata nanti tidak bisa dinegosiasikan dengan “5 menit lagi, Bu”.
Masuk pukul 06.30 bukan berarti menambah beban, tapi mengatur ulang ritme hidup. Anak-anak jadi terbiasa tidur lebih awal, bangun lebih pagi. Otomatis, ada ruang bagi otak mereka untuk menyerap pelajaran dalam kondisi segar, belum terlalu banyak distraksi dari dunia maya dan drama rumah tangga.
Ini yang banyak jadi curhat emak-emak: “Sarapan belum sempat, anak malah dimarahi guru.” Tapi sekarang kan sudah ada program MBG (Makan Bergizi Gratis). Kalau dijalankan dengan baik, urusan perut tak lagi jadi alasan untuk mogok belajar.
Justru ini saatnya pemerintah daerah dan sekolah bekerja sama lebih serius soal gizi dan kebiasaan pagi yang sehat. Sarapan bukan hanya soal makan, tapi juga momen kebersamaan sebelum anak berangkat meski cuma dengan sepotong pisang dan segelas air putih.
Yang perlu ditanya sebenarnya bukan anak-anak. Mereka, selama ada teman dan canda tawa di pagi hari, biasanya akan cepat menyesuaikan. Yang agak repot memang orang dewasa: guru harus bangun lebih pagi, orang tua harus mengatur logistik lebih ketat. Tapi itu semua bagian dari proses.
Kalau kita ingin mendidik generasi yang siap mental dan fisik menghadapi dunia yang makin kompetitif, ya memang harus mulai dari hal kecil seperti ini: bangun pagi dan datang tepat waktu.
Dan seperti kata pepatah Sunda: “Anu cageur datang jam tujuh, anu bageur datang jam genep satengah.” Maksudnya jika kamu hanya sehat tapi tidak disiplin, ya datangnya jam 7. Tapi kalau kamu baik dan berkarakter, maka kamu akan datang lebih awal, jam 6.30.
Oleh: Agus Saeful Anwar, (Dosen PGSD UM Kuningan)
