INDONESIA (MASS) – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi global, Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) menggelar pertemuan bilateral yang membahas kerja sama strategis dalam pengembangan talenta digital dan kecerdasan buatan (AI). Pertemuan tersebut berlangsung di sela-sela forum teknologi global Machines Can See 2025 yang diselenggarakan di Dubai, UEA, dan melibatkan dua figur kunci, yaitu Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, Meutya Hafid, dan Menteri Kecerdasan Buatan, Ekonomi Digital, dan Aplikasi Kerja Jarak Jauh UEA, Omar Sultan Al Olama.
Pada keterangan pers Komdigi yang diakses pada Minggu (27/4/2025), diskusi yang penuh semangat itu menyoroti berbagai peluang kolaborasi konkret, terutama dalam peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Fokus utama dalam pembahasan tersebut adalah AI Prompting, kemampuan kritis untuk mengarahkan dan memaksimalkan output dari teknologi kecerdasan buatan yang kini menjadi kebutuhan utama dalam era digital.
Meutya Hafid menegaskan pentingnya mempersiapkan masyarakat Indonesia dengan keterampilan yang relevan untuk menghadapi masa depan digital.
“Langkah kecil ini bisa berdampak global. Kita sedang menyusun masa depan digital bersama. Indonesia terbuka terhadap kolaborasi lintas negara untuk penguatan talenta dan etika teknologi,” ujarnya.
Sebelum pertemuan dengan Menteri AI pertama di dunia, Meutya juga tampil sebagai pembicara utama dalam sesi panel bertajuk Wanted: AI to Retain and Attract Talents to the Country di forum Machines Can See 2025. Dalam pidatonya, Meutya menegaskan, masa depan kecerdasan buatan tidak seharusnya menjadi hak eksklusif segelintir negara, tetapi merupakan warisan bersama umat manusia.
“Teknologi harus mencerminkan keberagaman dunia, bukan hanya prioritas segelintir orang,” ungkapnya di hadapan para pemimpin teknologi global.
Forum Machines Can See 2025, bukan hanya menjadi ajang bagi para pemimpin industri dan ilmuwan, tetapi juga merupakan platform penting bagi Indonesia untuk memperkuat diplomasi digital dan memperluas jejaring kerja sama internasional. Meutya Hafid juga menekankan, pembangunan SDM merupakan pilar utama dalam strategi transformasi digital Indonesia.
“Di Indonesia, kami tengah menyiapkan pelatihan untuk sembilan juta talenta digital demi memperkuat daya saing bangsa di era ekonomi digital,” jelasnya. (arg)
