KUNINGAN (MASS) – Kita ketahui bersama, bahwa pilkada serantak akan dilaksanakan pada tanggal 27 November 2024, baik tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten. Kita semua akan memilih calon pemimpin baru untuk Gubernur dan Bupati. Hal ini tidak terkecuali Kabupaten Kuningan yang juga melaksanakan pemilihan calon bupati dan wakil bupati untuk periode lima tahun mendatang.
Sementara itu, pasangan calon (paslon) yang tersedia saat ini secara resmi telah diumumkan oleh KPU adalah tiga paslon, yaitu; pasangan Dian-Tuti, Ridho-Kamdan, dan Yanuar-Udin.
Inilah paslon yang mendaftar di KPU saat ini, dan masing-masing paslon telah mendapatkan no urut. Jika kita melihat situasi saat ini, semua paslon sudah mulai bergerak menjampangi masyarakat dengan pendekatan yang beragam. Mulai dari deklarasi, bantuan sosial, hingga konsolidasi sana-sini.
Seluruh paslon yang melakukan pendekatan kepada masyarakat tentunya memiliki maksud dan tujuan, setidaknya agar kelak pada saat pemungutan suara, foto merekalah yang di coblos di dalam bilik suara.
Dengan segudang permasalahan yang ada di Kabupaten Kuningan sudah seharusnya menjadi sorotan utama bagi para paslon ini, terlebih jika kita melihat lebih jauh kemana garis haluan kabupaten kuningan untuk lima tahun berikutnya. Permasalahan yang fundamental masih saja belum terselesaikan, entah tidak menjadi prioritas atau memang pemerintah gagap dalam menyelesaikan permasalahan ini.
Pendidikan
Wacana Kabupaten Kuningan sebagai kabupaten pendidikan sudah dari lama bergulir di telinga masyarakat, namun apakah wacana ini benar-benar di realisasikan dengan benar? Apakah wacana ini sudah berjalan dengan baik? Ataukah hanya gimik belaka?
Jika kita merujuk pada data, di tahun 2022, rata-rata lama sekolah di Kabupaten Kuningan hanya 7,88 tahun. Hal ini berarti masih banyak penduduk usia sekolah yang tidak menamatkan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sederajat. Miris sekali melihat realita yang ada sebagai kenyataan pahit yang harus dirasakan oleh masyarakat Kuningan.
Tidak hanya itu, permasalahan dalam sektor pendidikan berikutnya adalah kurangnya sarana prasarana yang mana hal ini adalah hal utama dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Akses jalan di SDN Pasiragung Kecamatan Hantara merupakan masalah yang serius yang harus segera di perbaiki, akibatnya anak-anak sekolah harus berjalan kaki melewati bukit dan tebing bekas longsoran untuk menuju sekolah tersebut. Dengan akses jalan yang kurang memadai dapat memperburuk kualitas pendidikan yang ada.
Dalam narasi RPJMN Tahun 2020-2024 dicanangkan kebijakan percepatan pelaksanaan wajib belajar 12 tahun, akan tetapi rata-rata penduduk usia sekolah di Kabupaten Kuningan, tidak menamatkan sekolahnya di jenjang SMP. Lalu bagaimana tentang Kabupaten Pendidikan yang diisukan itu?
Tentunya ini menjadi sebuah refleksi untuk para calon pemimpin Kabupaten Kuningan kedepannya, agar bisa lebih memperhatikan sektor pendidikan yang mana menjadi akar dari kemajuan Kuningan itu sendiri.
Kesejahteraan Masyarakat
Pengangguran di Kabupaten Kuningan semakin dekat di rasakan, terlebih jika kita melihat pada data yang di sajikan oleh BPS ataupun Bappeda Kabupaten Kuningan.
Sebagai indikator untuk mengukur tingkat pengangguran, kita bisa melihat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Kuningan. Angka pengangguran di Kabupaten Kuningan cenderung terus meningkat selama kurun waktu 5 (lima) Tahun terakhir. Sekitar 54 ribu jiwa angka TPT di Kabupaten Kuningan pada tahun 2023, dan jika kita dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Barat, TPT Kabupaten Kuningan menempati peringkat ke 6 (enam) tertinggi di Jawa Barat.
Jika kita melihat lebih dalam lagi, pengangguran di Kabupaten Kuningan terjadi karena beberapa faktor; Lapagan pekerjaan yang sangat minim, kemampuan yang tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan, dan kriteria yang tidak memenuhi syarat dalam suatu perusahaan menjadi faktor utama tingkat pengangguran yang kian meningkat.
Hal ini menjadi permasalahan yang serius bagi pemerintah dan benar-benar bisa kita rasakan dengan melihat lingkungan sekitar kita atau mungkin pembaca sendiri yang masih menganggur saat ini. Terlebih jumlah golongan muda yang mendominasi saat ini dapat menjadi kekuatan yang besar untuk Kuningan apabila pemerintah bisa memfasilitasi terkait lapangan pekerjaan.
Kesehatan
Belakangan ini kita bisa membaca salah satu berita tentang anak-anak yang terverifikasi masuk dalam kategori stunting di Desa Cisantana. Bagaimana bisa letak desa yang sangat strategis tersebut masih memiliki kasus stunting. Dengan tanah yang sangat subur di daerah dataran tinggi, dengan mudahnya sayuran dan buah-buahan dapat tumbuh di sana, terlebih ada peternakan yang mampu memproduksi daging dan susu yang sehat bagi ibu hamil dan balita.
Tetapi ini hanya sebagian kecil saja dari yang terpublikasi. Melalui website sigiziterpadu.kemkes.go.id kita bisa melihat jumlah balita yang mengalami gizi buruk dan stunting di Kabupaten Kuningan yang cukup tinggi bahkan cenderung meningkat dari tahun sebelumnya. Lebih dari 7.000 balita yang mengalami stunting, dengan ini Kabupaten Kuningan menjadi salah satu daerah yang masuk kategori darurat penanganan stunting di Indonesia.
Stunting merupakan masalah yang serius bagi setiap daerah, sebab jika kita menginginkan generasi penerus yang sehat dan cerdas, hal utama yang harus dilakukan adalah menghilangkan angka stunting ini. Dengan begitu pemerintah mampu menyelesaikan masalah lain di tahap selanjutnya. Kasus stunting hanya 1 dari 32 masalah yang tertulis tentang bidang kesehatan di Kabupaten kuningan, dengan begitu ini meningkatkan urgensi dalam pengambilan kebijakan mendatang yang pro terhadap kesehatan masyarakat.
Masa Depan Kuningan Masa Depan Kita
Dilihat dari sebagian kecil permasalahan di atas, sebenarnya ini adalah permasalahan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Bayangkan jika seseorang tidak menamatkan pendidikannya di jenjang SMP, maka hal tersebut akan berpengaruh pada kebutuhan lapangan kerja yang membutuhkan kompetensi minimal sebgai syarat bekerja, dan pada suatu waktu keadaan sosial mendesak seseorang itu untuk menikah dalam kondisi yang belum stabil, mereka akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizi karena rendahnya daya beli masyarakat sehingga berpotensi menghasilkan anak yang stunting.
Mari kita berimajinasi sejenak, melihat Kuningan di masa depan yang maju dan unggul. Kuningan di masa depan akan memiliki masyarakat terpelajar yang mampu menjadi pondasi untuk kemajuan Kuningan, pemerintahan yang sehat dalam anggaran, tertib administrasi dan transparan, angka pengangguran menurun, kesejahteraan masyarakat meningkat, dan pembangunan semakin merata. Kita semua menginginkan Kuningan yang lebih baik dan lebih maju kedepannya, oleh karena itu, semua ini akan terwujud apabila kita tidak salah dalam memilih pemimpin yang baru.
Mari kita semua bertindak untuk tidak acuh pada Pilkada tahun ini, sebab untuk menentukan kemajuan Kuningan dimulai dari menentukan pemimpinnya terlebih dahulu. Mari bersama-sama kita datang ke TPS memilih satu diantara tiga paslon, paslon terbaik yang dimiliki oleh Kabupaten Kuningan. Tentunya dengan tidak menanggalkan pilah-pilih calon yang terbaik diantara yang baik.
Sudah seharusnya kita membaca dan meninjau visi dan misi para calon pemimpin ini, sudah seharusnya kita melihat dengan lebih hati-hati, mana diantara mereka yang pro terhadap rakyat. Jangan sampai kita datang ke TPS dan memilih salah satu paslon, sementara kita tidak mengetahui visi dan misi mereka itu apa. Sudah sepatutnya kita peka terhadap persoalan yang ada, sehingga kita mampu memilih dengan tepat paslon mana yang sanggup membenahi Kabupaten Kuningan dan menjadi selaras dengan kebutuhan rakyat.
Mari bersama-sama kita bertanggung jawab pada pilihan kita masing-masing. Kelak pada saat di TPS, kita memilih pemimpin dengan melihat lebih dulu visi dan misinya, jangan memilih paslon yang tidak memihak kepada rakyat, dan acuh pada pembangunan manusia, sebab masa depan Kuningan adalah masa depan kita.
Penulis: Rafly Maulana Akbar