KUNINGAN (MASS) – Generasi saat ini dikatakan sebagai generasi milenial. Generasi yang sangat melek teknologi. Gadget, smartphone, atau perangkat teknologi lainnya menjadi hal yang lumrah bagi generasi zaman now. Segala sesuatunya begitu mudah. Berbagai aktifitas bisa dilakukan di smartphone, tablet ataupun laptop. Tak heran jika kemajuan teknologi ini pun juga turut mempengaruhi gaya hidup anak muda saat ini.
Kemajuan teknologi ini juga telah memunculkan dunia baru yang bernama media sosial. Banyak anak muda yang begitu menggandrungi dunia ini. Selain bisa interaksi dengan anak muda dari belahan dunia manapun, melalui media sosial kita bisa melakukan berbagai macam ekspresi. Tak heran kemudian memunculkan blog, vlog, status, meme dan mungkin masih banyak lagi sebagai bentuk ruang ekspresi mereka.
Sayangnya, tidak sedikit dari bentuk ekspresi tersebut justru berisi pesan negatif. Provokasi bernuansa SARA bermunculan, ujaran kebencian berseliweran, bahkan juga pernah terjadi persekusi terhadap pihak-pihak yang dianggap menyudutkan. Akibat perbuatan tersebut, tidak jarang polisi melakukan penangkapan dan penetapan tersangka karena telah melakukan penyebaran hate speech. Memasuki tahun politik seperti sekarang ini, ujaran kebencian seringkali ditujukan kepada pasangan calon, untuk menurunkan elektabilitas.
Ironisnya, yang melakukan semua itu didominasi oleh generasi muda, generasi milenial. Untuk itulah, perlu komitmen bersama untuk mengembalikan generasi muda, sebagai generasi yang inovatif, kreatif, berani tapi tetap toleran dan bertanggungjawab. Komitmen tersebut harus dijaga oleh semua pihak.
Beberapa hari lalu, seluruh umat muslim di seluruh dunia memperingati peringatan Isra Mi’raj. Peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW ini, memberikan pelajaran yang sangat berharga, yang semestinya bisa diilhami oleh seluruh muslim di Indonesia. Peristiwa Isra disimbolkan dengan perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina.
Isra ini juga dimaknai sebagai hubungan horizontal, antar manusia dengan manusia. Pada konteks ini, masyarakat diharapkan bisa saling berinterkasi dan tetap saling menghargai. Hal ini pun dimakna sebagai upaya untuk memperkuat hubungan antara manusia dengan manusia.
Sementara Mi’raj disimbolkan sebagai perjalanan Rasulullah SAW dari masjil Aqsa ke Sidratul Munha. Peristiwa ini pun dimaknai sebagai upaya memperkuat hubungan antara manusia dengan Tuhan. Arti dibalik semua ini menunjukkan bahwa seluruh umat muslim, adalah umat yang taat atas segala perintah Allah SWT. Karena semua yang ada di bumi ini tercipta karena Allah.
Hikmah dari Isra Mi’raj semestinya bisa memperkuat hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan. Hubungan antara keduanya harus seimbang. Ketika hubungan tersebut berjalan lancer, semestinya perilaku dan ucapan yang keluar dari diri kita, juga mencerminkan tentang keteladanan Rasulullah SAW. Pesan kebencian yang selama ini masih terjadi, harapannya segera hilang dan berganti dengan pesan kedamaian.
Oleh: Asep Kamaludin, S.IP *) – Penulis adalah penggiat Masjid Kabupaten Kuningan