KUNINGAN (MASS) – Sebagai entrepreneur muda yang usianya masih 27 tahun, Hanyen Tenggono SH dipinta masukannya oleh para awak media yang tergabung dalam organisasi PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) terkait media massa.
“Ada 2 kapasitas dari diri pak Hans (sapaan akrab Hanyen Tenggono, red) ini, yang kita bidik ilmunya. Pertama, sebagai tokoh muda yang paham minat kaula muda terhadap media kekinian. Kedua, sebagai entrepreneur muda yang telah teruji karena mampu menjadi bos perusahaan besar diusianya yang masih 27 tahun,” ungkap sejumlah pengurus dan anggota PWI Kuningan yang hadir.
Dalam pemaparannya, Hanyen yang identik dengan Sangkan Park di Jl Raya Bandorasa dan The Icon Guest House di Palutungan Cisantana itu memberikan masukan berharga kepada wartawan. Berdasarkan pengamatannya selama ini, para insan media perlu terus mengasah keterampilannya dalam menulis.
“Saya pernah membandingkan antara tulisan berita satu dengan yang lain. Meski liputan sama, poinnya juga sama, tapi ternyata ada perbedaan seni berkreasi dalam menulis. Nah, yang seninya bagus itu, tulisan yang mampu membuat pembaca menikmati suasana kehangatan dalam tulisan tersebut, sehingga pembaca tidak bosan,” ungkap bos yang masih lajang itu.
Bukan hanya soal seni menulis, Hanyen pun mengapresiasi PWI yang kerap mengkritisi kebijakan pemerintah ataupun kritik secara umum. Sebab menurutnya, kritik itu justru membangun. Tanpa kritik maka pemerintah atau siapapun tidak akan tahu posisi salah dan benar. Tanpa kritik, siapapun tak akan tahu poin mana yang perlu dievaluasi.
“Pro kontra memang akan selalu ada. Tapi kritikan itu menurut saya membangun. Asal tidak mendiskreditkan. Patokannya kan ada UU Pers dan UU ITE,” kata anak muda yang punya nyali untuk nyaleg DPRD Jabar dari Partai Golkar tersebut.
Masih kaitan anak muda yang kian viral seiring dengan majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres itu, Hanyen Tenggono menguak fakta media yang banyak diminati. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, ada kecenderungan perilaku anak muda yang perbedaannya cukup mencolok.
“Ini ada hasil risetnya, dan kebetulan saya juga ngalamin. Dalam membaca berita, anak muda sekarang itu cenderung baca judulnya saja. Minat bacanya antara 1-2 menit. Kalau 3 menit lebih, mereka sudah tidak fokus lagi. Maka dari itu, sebuah tulisan perlu lugas ke intisari,” ungkapnya.
Seiring dengan tingginya minat anak muda dalam bermedsos, Hanyen menilai medsos pun banyak positifnya. Mereka mudah mempromosikan atau mengendors sebuah produk sebagai influencer atau endoresment. Sehingga hal itu bisa menjadi ladang bisnis baru.
“Itu bisa dilirik sama PWI biar mereka (influencer dan endoresment) bergabung ke organisasi ataupun ke perusahaan medianya. Mereka dapat dirangkul, diberikan wawasan gimana cara menyiarkan sebuah konten yang sesuai kaidah jurnalistik agar tidak menjurus ke informasi hoaks,” saran Hanyen.
Pantauan kuninganmass.com, diskusi bertajuk SW (Sharing Wawasan) di The Icon Guest House Palutungan Jumat (10/11/2023) itu berjalan santai namun berisi. Tampak hadir Ketua PWI Kuningan, Nunung Khazanah serta sejumlah pengurus, anggota dan senior PWI seperti H Wawan JR, Ajun, Iyan Irwandi dan lainnya.
“SW (Sharing Wawasan) ini merupakan rangkaian kegiatan menjelang Konferensi PWI Kuningan tanggal 14 Desember 2023 mendatang. Kami ingin belajar dari perspektif orang-orang hebat lewat kegiatan ini,” jelas Ketua Panitia Konferensi, Deden Rijalul Umam. (eki/riyan)