KUNINGAN (MASS) – Miris hutan di Kabupaten Kuningan banyak digantikan oleh PT, perumahan, proyek pribadi, dan juga obyek wisata yang tak menjaga ke seimbangan alam.
Ini tentang kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, dalam musim kemarau atau “katiga” dampaknya sangat luas apalagi petani sawah yang memang sangat kebingungan terhadap perairan atau sumber air yang kurang, dikarenakan lahan hutan atau daya air dari pepohonan dijadikan proyek yang memang malah merusak tatanan alam, dan mengurangi sumber air juga merusak keseimbangan alam.
Apalagi, mirisnya Kabupaten Kuningan banyak penggalian pengalian pasir tanpa melihat jangka panjang, yang mengakibatkan merusak sumber air untuk petani dan masyarakat.
Begitu pula sejarah lokal yang ada di desa-desa akan hilang karena bukti cirinya entah itu hulu cai, batu satangtung, ka kramatan, bukit atau dataran tinggi, dan lain lain mungkin hampir sekarang Jadi PT, perumahaan, bahkan dijadikan proyekan pribadi wisata yang memang merusak keseimbangan alam.
Miris, anak cucu kita tak mengenal babad cerita atau sejarah desa kita sendiri, dikarenakan habis oleh orang orang yang tak bertanggung jawab. Mungkin juga di tahun yang akan datang anak cucu kita acuh terhadap sejarah di Indonesia, dan akan menimbulkan kurangnya kecitaan terhadap kekayaan nusantara.
Mungkin di tahun yang akan datang, bilamana pola ke”egoisan” manusia di Kuningan selalu seperti Ini anak cucu kita, air akan beli, tanah akan nyewa, rumah bercicilan, petani akan alih profesi, sedangkan sekarang saja anak muda bertanipun jarang dikarenakan alam sudah tidak bersahabat.
Mau menyalahkan siapa?
Air sudah tidak keluar dari tuk/sumbernya nya lagi, ini salah siapa?
Kenapa saya seperti ini? alam yang menyediakan beras dan juga oksigen sumber kehidupan, lah sumbernya dirusak. Ini berbicara tentang kesadaran diri sendiri.
Menurut saya, sigap kepemerintahan tentang Ini apalagi detik-detik di ajang Pemilu, petani mulai haus sawah nya, solusi untuk para petani.
Kasian petani…
Udah pupuk mahal Lagi…
NB: Alat Berat Masuk Desa, Abis Babad Carita, Abis pula Sumber Manusia.
Penulis : Rafly Zulfikar, Aktivis Budaya