KUNINGAN (MASS) – Pasca kecelakaan yang melibatkan mobil dinas Bupati Kuningan, pemerhati safety driving Kuningan yang juga sesama driver, menilai harusnya Bupati memisahkan sopir antara kedinasan dan pribadi.
Hal itu disampaikan Agus Maulani, Selasa (4/4/2023) kemarin. Pada kuninganmass.com, ia menyebut idealnya Bupati menggunakan sopir berstatus pegawai dalam agenda kedinasan.
“Jangan sampai driver pribadi dilibatkan dalam aktivitas kedinasan, di tengah padatnya kegiatan kepala daerah dalam hal ini Bupati secara waktu tak dapat ditentukan hingga jam berapa aktivitas kedinasanya,” kata Agus.
Maka, lanjutnya, diperlukan setiap harinya driver bergantian guna menghindari kondisi mengantuk. Ia mencontohkan, jika malam hari bupati ingin bertemu warga tanpa atribut kedinasan, pakailah sopir pribadi saja.
Baca : https://kuninganmass.com/sebabkan-orang-tewas-mobil-bupati-kecelakaan-di-sindangagung/
Agus juga mengingatkan, driver tak perlu ikut kegiatan atasannya agar bisa berisitirahat di mobil. Hal itu juga harusnya berlaku bagi ajudan. Perlu ditambah, misal menjadi dua orang agar bisa bergantian terjaga.
Hal itu juga mencegah jika ajudan satu mengantuk, yang satunya masih terjaga dan mengobrol di dalam mobil bersama driver. Sehingga tidak menimbulkan suasana ngantuk.
Sementara, Kepala Bagian Umum Setda Eva Nurafifah Latief SE M Si menepis isu bahwa sopir yang terlibat kecelakaan adalah sopir pribadi Acep.
Eva menegaskan sopir adalah pegawai honorer, meskipun ia tak menampik bahwa sopir itu memang sudah lama bersama Acep, hingga dikira sopir pribadi.
“Gentosan sareng (gantian) sopir satunya, dia THL,” jawab Eva.
Ia menjelaskan, sopir pejabat tinggi mulai Bupati, Wakil Bupati dan Sekda masing-masing memang dua orang. Eva mengatakan, sudah qodarullah musibah tak ada yang tahu.
Disebutkan Eva, sopir yang terlibat kecelakaan sendiri posisinya sudah ditinggal sang istri saat covid-19 kemarin, dan anak-anaknya masih kecil. (eki)