KUNINGAN (MASS) – Politeknik Kesehatan KMC Kuningan yang baru tahun ini dibuka rupanya langsung dikenal secara luas. Terbukti ada salah satu warga Kota Jayapura Provinsi Papua yang mendaftarkan diri ke perguruan tinggi tersebut.
Bukan hanya dari luar provinsi, banyak pula calon mahasiswa dari Jawa Barat yang daftar ke lembaga bertagline “Pendidikan Vokasi Mencetak SDM Siap Kerja” itu. Semisal dari Bekasi, Sukabumi, Cirebon maupun Majalengka.
“Sudah barang tentu kalau pendaftar dari Kuningan sih lebih banyak. Kita juga gak menyangka, ternyata animonya tinggi untuk ukuran lembaga pendidikan yang baru lahir,” ujar Direktur Poltekes KMC Kuningan, H Dedi Supardi MPd.
Sabtu (4/6/2022) pagi, para pendaftar gelombang pertama diseleksi. Dengan mengenakan pakaian putih hitam, mereka mengerjakan soal tes tulis secara serius di Kampus Poltekes KMC, Jl Pramuka No 65 Purwawinangun Kuningan.
Tampak Panitia PMB yang diketuai Iman Paturohman MHKes pun sibuk, termasuk Kabag Umum Poltekes KMC, Agus Sucipto SE. Terlihat pula, Ketua Yayasan Wadia Insan Mandiri, Drs H Momon Rochmana MM memonitor pelaksanaan seleksi berdurasi 90 menit tersebut.
“Yang diseleksi sekarang ini sebanyak 68 orang. Kita ingin mengetahui potensi awal mereka. Kita tidak ingin asal rekrut meskipun kuotanya belum tercapai. Kami ingin berangkat dari awal dengan kualitas,” tandas Dedi Supardi.
Mantan ketua PGRI Kuningan sekaligus mantan sekretaris Dinas Pendidikan Kuningan itu mengakui, fasilitas yang dimiliki sekarang hanya cukup untuk 150 mahasiswa. Dari tiga prodi yang dibuka, masing-masing dibatasi hanya 50 calon mahasiswa saja.
“Makanya kita lakukan seleksi, sebelum pendaftar membludak di gelombang II nanti. Nah, bagi yang tidak lulus pada seleksi sekarang, masih ada kesempatan di gelombang II,” ungkapnya.
Poltekes KMC yang berencana membangun kampus baru di Jl Ir Soekarno-Hatta Kuningan itu baru membuka 3 prodi. Diantaranya Prodi Gizi (D3), Prodi Fisioterapi (D3) dan Prodi Manajemen Informasi Kesehatan (D4/Sarjana Terapan).
Karena pendidikan vokasi, maka pembelajaran didominasi praktek. Jika dipersentasekan, pembelajaran praktek mencapai 80%. Tak heran jika terdapat laboratorium-laboratorium komplit di perguruan tinggi tersebut.
“Ada lab komputer, lab layanan, lab fisioterapi, lab gizi, lab anatomi tubuh. Kita betul-betul ingin menyiapkan SDM handal yang dibutuhkan lembaga kesehatan atau perusahaan dalam negeri, bahkan luar negeri,” tekadnya.
Menurut Dedi, prospek dari prodi yang dibuka di kampusnya itu cukup cerah. Satu contoh Prodi Fisioterapi. Kedepan Lab Fisioterapi akan menjadi standar layanan kesehatan di RS maupun puskesmas. Sehingga tenaga fisioterapi berpeluang besar sangat dibutuhkan.
“Kan sekarang itu era gadget. Telah muncul gejala anak-anak yang terkena dampak gadget semisal nunduk terus megang hp. Itu tidak cukup diobati sama dokter syaraf, melainkan harus difisioterapi. Itu hanya salah satu contoh saja,” terangnya. (deden)