KUNINGAN (MASS)- Melihat berita yang berseliweran di beberapa media online tentang seorang ibu yang ditandu oleh masyarakat ketika ingin melahirkan.
Miris! Kisah bukit pugag dan segala keluhan yang dirasakan warga disana sebenarnya sudah saya ketahui mungkin dari 5-7 bulan lalu, ketika saya menemani guru saya berdakwah dan menghadiri Walimatul Arsy di daerah tersebut.
Daerah perbukitan pugag di Desa Kutawaringin Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan ini salah satu dari sekian pembelajaran toleransi dan keberagaman dalam satu tempat.
Bukit yang diisi kurang lebih 18 – 20 Kepala Keluarga ini, harus diketahui oleh khalayak umum dimana bukit pemasok kopi dan kapulaga ini memang kurang memprihatinkan dalam segi akses jalan.
Tak kaget ketika video diangkat media, justru bersyukur akhirnya ada yang mengangkat. Karena berdasarkan salah satu Masyarakat ketika saya berkunjung kesana. Beberapa kali sering diajukan namun belum pernah rasanya didengarkan.
Bahkan berdasarkan obrolan saya waktu itu dengan seorang warga. Listrik di bukit itu belum lama hadir dan untuk mendapatkan listrik mereka semua memikul sendiri gotong royong masyarakat hingga ke atas.
Padahal jika dilihat dari Sumber Daya Alam (SDA) tempat ini sangat indah bahkan menjadi pemasok kopi dan kapulaga di kabupaten Kuningan ini.
Sempat saya mengajak beberap kawan-kawan dari lini kepemudaan hingga Mahasiswa tapi mereka susah untuk diajak gerak. Mungkin memang karena kondisi rute perjalanan yang memakan waktu dan sulit diterjang.
Berita tentang video itu sudah naik, pertanyaan selanjutnya “Apakah Pemda akan diam saja?” Saya harap kepada pak bupati untuk meninjau langsung bagaimana keadaan bukit pugag disana.
Dan untuk para pemuda Kuningan terkhusus mahasiswa, yuk! Sesekali tengok sodara kita di bukit itu. Pugag dengan kekayaan kopi dan rempah yang seharusnya bisa kita bantu dan naikan.***
Penulis: Muhammad Hanif