KUNINGAN (MASS) – Belum banyak orang yang tahu kalau wartawan juga ternyata pahlawan kemerdekaan RI. Profesinya terhormat. Dulu diera pergerakan nasional, wartawan atau pers memiliki peran vital dalam mewujudkan kedaulatan negara.
Pernyataan tersebut dilontarkan Deden Rijalul Umam (wartawan kuninganmass.com) dalam sebuah acara yang digelar oleh TKIT Darul Amanah, Kamis (16/8/2018). TK yang berlokasi di Kompleks Kuningan Eyes Center (KEC) Jl Jendral Sudirman Winduhaji itu ingin memberikan inspirasi kepada para muridnya terkait Hari Kemerdekaan RI.
“Pada peringatan HUT RI ke 73 kali ini, disamping mengadakan aneka lomba untuk anak, kami juga ingin memberikan inspirasi kepada anak mengenai profesi. Kebetulan ada ortu murid di TK ini yang berprofesi wartawan maka kami mengundang untuk memberikan inspirasinya bertemakan Hari Kemerdekaan,” tutur Kepsek Darul Amanah, Mimi Garmiasih SS.
Dalam materi yang disesuaikan dengan pemahaman anak usia dini, Deden menjelaskan bagaimana profesi wartawan. Diterangkan pula bagaimana perjuangan para pendahulu dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda dan Jepang. Ia mengungkapkan, selain menjadikan bambu runcing sebagai senjata, para pejuang pun menggunakan pers atau media massa sebagai alat perjuangan.
“Banyak cara yang dilakukan para pejuang kita dalam memerdekakan Indonesia. Mulai dari perjuangan fisik, bambu runcing, diplomasi, lobi-lobi, sampai propaganda melalui pers. Nih Om Deden perlihatkan contoh surat kabar tempo dulu dan juga radio yang dikelola wartawan,” ujar Deden sembari menayangkan gambar di Infocus.
Selain menayangkan gambar, ia juga membawa contoh fisik radio dan surat kabar guna diperlihatkan langsung kepada ratusan siswa TK. Bahkan Deden pun membawa mesin tik yang kini fungsinya sudah digantikan oleh komputer/laptop. Siswa yang berhasil menjawab pertanyaan, diberikan kesempatan untuk mencoba mengetik pada mesin tik yang sudah tidak dikenal lagi oleh generasi sekarang.
Kepada ratusan murid TK, Deden menggambarkan suasana perjuangan sebelum Indonesia merdeka. Hingga memperlihatkan bagaimana Presiden RI pertama, Soekarno dan Wapresnya Mohammad Hatta, yang tengah membacakan teks proklamasi. Ia mencontohkan pula bagaimana pembacaan teks proklamasi tersebut.
“Proklamasi ini pertanda bahwa Indonesia sudah merdeka. Dan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan tersebut dulu disiarkan oleh wartawan lewat radio dan surat kabar hingga informasinya diketahui rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke,” ungkapnya.
Deden menandaskan, dulu sewaktu dijajah kolonial rakyat Indonesia sengsara. Jangankan untuk sekolah, makan saja susah. Sehingga dirinya berpesan kepada siswa TK untuk bersyukur kepada Allah SWT atas karunia kemerdekaan yang sekarang dirasakan. Tidak lama kemudian, Deden mengajak ratusan murid untuk bersama-sama menyanyikan lagu 17 Agustus 1945.
Sebelumnya, ia mencoba memperkenalkan sejumlah tokoh wartawan pra kemerdekaan. Mulai dari H Agus Salim, Buya Hamka, Ki Hajar Dewantoro, Danudirja Setiabudi, Adam Malik (Wapres RI ke 2), Mohammad Hatta (Wapres RI pertama), sampai Tirto Adhi Soerja (Bapak Pers Nasional).
“Semoga wartawan jaman now bisa seperti mereka, bahkan mampu melebihi seiring dengan tantangan yang semakin berat,” tandasnya. (agus/ali)