KUNINGAN (MASS)- Hingga menjelang dipulangkan dari Papua, dua warga Kuningan yang bernama Lilis (37) warga Dusun Pahing Desa Bojong dan Usep Saepudin (34) Dusun Kliwon Desa Caracas Kecamatan Cilimus masih menyimpan memori tentang kerusuhan.
Lilis yang akrab dipanggil Nunuh itu mengaku, pada saat pertama kali rusuh terjadi pada Senin tanggal 23 September 2019. Ia yang berkerja di Kios Padang Gang Nirwana. Sedangkan tempat tinggal di Jalan Hom-hom Kota Wamena.
“Kosan ludes dibakar semua tidak ada yang tersisa, hanya baju di badan yang dibawa . Untungnya dompet dan HP dibawa didalam tas, meski tidak membawa casan,” ujar Lilis membuka cerita kelamnya kepada kuninganmass.com, via telepon, Senin sore (7/10/2019).
Lilis yang tengah dipengungsian menyebutkan, saat itu suami tengah berkerja di hutan Paspeley, sehingga ia mengungsi pertama ke Polsek terdekat. Setelah itu suaminya turun dan bergabung.
Setelah di Polsek, maka semua pengungsi dipindahkan ke Polres Wamena. Mereka tinggal selama dua minggu. Di pengungsian itu banyak bantuan terutama pakaian sehingga ia dan suami mempunyai pakaian baru.
“Intinya saya bersyukur bisa selamat. Kenapa suami tidak pulang karena kalau semua pulang siapa yang akan mencari nafkah. Suami saya sendiri sudah mempunyai KTP Wamena kalau saya tidak mau pindah,” ujarnya.
Memang suasana Wamena sudah aman terutama di wilayah perkotaan, tapi rasa was-was menghantui sehingga aktivitas ekonomi belum normal 100 persen.
Mengenai Usep warga Carasas, Lilis menyebutkan, Usep berkerja di supermarket terbesar di Wamena. Tempat kerja itu dibakar oleh perusuh. Pada saat kejadian Usep loncat dari lantai atas ke belakang supermarket untuk menyelamatkan diri.
“Supermarket Yuda dengan kosan saya berdekatan jaraknya, sehingga mengetahui bagaimana jumlah pekerja yang saaat itu menyelematkan diri,” jelasnya.
Lilis yang mempunyai anak yang tinggal di Jalaksana mengaku, warga Jabar yang tergabung dalam peguyuban Jabar di Wamena ada 158. Namun, dari jumlah itu 68 memiilih pulang dan sisa bertahan.(agus)