KUNINGAN (MASS)- Waktu menunjukan pukul jam 10.30 WIB. Matahari belum begitu tinggi. Namun Edi Junaedi (36) yang berjualan di depan toko ponsel Earfon Jalan Siliwangi bergegas pulang membawa rodanya.
Ia berjualan bubur ayam. Meski jualan masih ada. Tapi ia memilih pulang. Untuk rasa buburnya sama dengan yang lain. Tapi ada yang beda dari dirinya yakni selalu membawa anak yang berusia 3,5 tahun.
Tentu namanya balita tidak selama di simpan di bangku. Ia selalu gedong menggunakan kain sarung panjang. Anaknya pun terlihat nyaman dan tidak mengganggu ayahnya ketika melayani konsumen.
Bagi yang tidak mengetahui pasti merasa iba dan timbul pertanyaan kemana istrinya? Ternyata sudah setahun ini ia membawa anaknya berjualan atau dari usia 2,5 tahun. Tanpa ada rasa malu, justru ia bahagia bisa selalu dekat dengan anaknya.
“Anak saya terpaksa saya bawa karena tidak ada yang mengasuh. Istri saya berkerja di rumah sakit menjadi tukang setrika,” ujar Edi kepada kuninganmass.com, Senin (24/6/2019).
Ia mengaku, meski awalnya banyak yang bertanya namun ketika mengetahui istrinya berkerja, konsumen paham. Justru ia membawa anaknya agar istrinya bisa fokus berkerja.
“Saya bahu membahu bersama istri. Kalau ditinggal di kontrakan kan tidak mungkin. Ini anak kedua saya. Yang pertama sekolah SD,” ujar pria asal Kecamatan Kadugede yang mengaku mengontrak di Jalan Pasar Kepuh itu.
Putranya itu lanjut dia, dibawa dari rumah sejak jam 06.00 WIB dan pulang jam 10.30 WIB. Selama ini anaknya selalu sehat dan tidak rewel.
“Selama istri bekerja saya akan terus bawa. Nanti mungkin kalau sudah masuk SD tidak mungkin dibawa. Memang ketika mendorong roda sambil gendong anak banyak tatapan aneh dari warga. Namun saya abaikan,” ujarnya.
Sekedar infromasi, kisah Edi yang berjualan sambil menggendong selalu menjadi perhatian warga. Mereka tidak berani bertanya. Banyak yang memuji sifatnya yanag tetap berjualan meski membawa anaknya.
Apa yang dilakukan oleh Edi harus menjadi contoh ketika seorang suami tetap mengasuh anaknya meski harus berjualan. Rumah tangga itu ibarat mengayuh sampan di lautan lepas harus dilakukan oleh dua orang.(agus)