KUNINGAN (MASS) – Memey Melani Saputri (17), warga Dusun Manis, Desa Kertaunggaran, Kecamatan Sindangagung, Kabupaten Kuningan, harus menghentikan pendidikannya akibat penyakit TB tulang yang membuatnya tidak bisa berjalan.
Sebelum sakit, Memey merupakan siswi MAN Ciawigebang dan aktif dalam ekstrakurikuler paskibra saat kelas X. Namun, pada bulan Ramadhan 2024, Memey mulai mengeluh sakit pada bagian dada.
Menurut Ki Anom, ayah Memey, awalnya ia membawa putrinya ke dokter terdekat, yaitu dr. Deki, untuk memeriksakan keluhannya.
“Memey mengeluh sakit dada sambil berkata sakit, sakit. Saya langsung membawanya ke dokter,” ujar Ki Anom pada Minggu (23/3/2025).
Namun, rasa sakit itu tidak kunjung reda. Memey kemudian dirujuk ke rumah sakit dan menjalani perawatan selama satu minggu. Setelah pulang, kondisi Memey kaki kirinya lemas dan tidak bisa berjalan, sementara kaki kanannya masih bisa digerakkan.
Ki Anom kemudian membawa Memey ke rumah sakit lagi, namun kondisinya kembali drop. Dalam usahanya mencari kesembuhan, ia juga mengikuti saran seorang kerabat untuk mencoba terapi pijat di Jagara. Namun, setelah menjalani pijatan tersebut, Memey mengalami kesulitan buang air kecil dan kembali harus dibawa ke rumah sakit.
Gejala semakin parah ketika kedua kaki Memey tidak lagi bisa digerakkan. Ki Anom pun berusaha membawa Memey ke berbagai rumah sakit di Kuningan.
“Semua rumah sakit di Kuningan sudah didatangi namun memey tetap belum bisa sembuh,” ungkapnya.
Setelah lima bulan berjuang, Memey akhirnya mendapat rujukan ke rumah sakit yang lebih besar. Setelah berdiskusi, Ki Anom memutuskan membawa Memey ke rumah sakit di Semarang. Meski dengan keterbatasan biaya, ia tetap berjuang demi kesembuhan anaknya.
Namun, setibanya di rumah sakit Semarang, karena menggunakan BPJS, Memey hanya bisa menjalani rawat jalan selama satu minggu sebelum bisa diperiksa dokter. Karena terkendala biaya hidup selama menunggu, Ki Anom terpaksa membawa Memey pulang.
Dalam perjalanan pulang, Ki Anom membawa memey terlebih dahulu ke Rumah Sakit Mitra Plumbon.
Di sana, Memey menjalani pemeriksaan MRI dengan biaya pribadi. Hasilnya menunjukkan adanya gejala TB tulang, dengan bagian tulang ekor yang terlihat keropos. Dokter menyarankan agar dilakukan operasi di Rumah Sakit Santosa, Bandung. Namun, prosedur BPJS mengharuskan antre selama seminggu, sementara kondisi Memey semakin memburuk dengan rasa sakit yang tak tertahankan setiap malam.
Karena kondisi tersebut, rencana operasi di Bandung dibatalkan. Setelah melakukan koordinasi dengan dokter di RS Plumbon, Ki Anom membawa Memey ke RS Gunung Jati, Cirebon, di mana Memey akhirnya menjalani operasi.
Namun, pascaoperasi, Memey tidak sadarkan diri selama 2×24 jam. Setelah sekitar 20 hari dirawat, Memey dipulangkan dan menjalani tahap pemulihan dengan kontrol dua kali seminggu.
Tidak berhenti di situ, Ki Anom juga membawa Memey ke salah satu rumah sakit di Karawang, namun kesembuhan belum juga datang. Hingga kini, Memey hanya bisa terbaring di tempat tidur dan bahkan untuk duduk pun sulit.
Disisi lain, Ki Anom juga mengungkapkan bahwa Memey telah kehilangan ibunya dan hanya dirinya yang mengurus putri satu-satunya itu.
“Sekolahnya tidak bisa dilanjutkan karena keadaan ini. Tapi Memey masih mempunyai keinginan besar untuk bisa sekolah lagi,” ujar Ki Anom dengan haru.
Ia berharap ada uluran tangan dari masyarakat maupun pemerintah untuk membantu biaya pengobatan Memey agar bisa kembali sehat dan melanjutkan pendidikannya.
Bagi yang ingin berdonasi atau bersilaturahmi langsung dapat menghubungi Ki Anom di nomor 0878-4722-2238 atau melalui rekening: 013301058656509 a.n. Endi Rohendiana. (didin/mgg)
