KUNINGAN (MASS) – Setelah 30 tahun penantian, warga Cipedes, Cijemit, dan Cipakem akhirnya bisa bernafas lega. Sebuah jembatan gantung yang dahulu hanya jadi mimpi kini telah menghubungkan harapan dan kenyataan. Bukan sekadar infrastruktur, hal itu menjadi simbol keberpihakan dan kolaborasi lintas batas. Di hari ke-100 masa kerjanya, Bupati Kuningan Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si memenuhi janjinya, tanpa membebani anggaran daerah.
Hal tersebut dikatakan langsung olehnya dalam podcast bersama kuingan mass, Senin (3/6/2025). Ia megatakan telah meresmikan jembatan gantung yang menghubungkan tiga desa yakni Cipedes, Cijemit, dan Cipakem. Menurutnya, jembatan itu telah lama dinanti warga, terutama anak-anak sekolah yang selama puluhan tahun harus menyeberangi derasnya Sungai Sri Gading untuk belajar.
“Ini bukan sekadar jembatan fisik, tapi jembatan harapan. Anak-anak sekolah, guru, warga, semuanya harus berhenti beraktivitas saat air sungai meluap. Sekarang tidak lagi,” ujarnya Dian dengan penuh haru.
Hal yang menarik, proyek vital tersebut tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Jembatan dibangun melalui kolaborasi dengan Yayasan asal Bandung yang dipimpin oleh seorang dermawan Tionghoa bernama Koh Apok. Yayasan tersebut menyumbangkan teknologi dan material utama, seperti sling baja. Masyarakat setempat menyumbang tenaga dan bahan bangunan, sementara pemerintah daerah menyokong dalam bentuk semen dan lainnya.
“Ini bentuk kepedulian luar biasa. Koh Apok tidak memandang agama, suku, atau latar belakang. Baginya, kemanusiaan adalah yang utama,” tuturnya.
Ia juga mengapresiasi kekompakan warga Kuningan yang menurut Koh Apok, menjadi salah satu alasan utama yayasannya membangun jembatan keempat di wilayah ini. Kehadiran jembatan gantung tersebut menjadi penanda, bahwa perubahan tidak harus selalu mahal. Ia bisa dibangun dengan hati, komitmen, dan kolaborasi.
Selengkapnya tonton di bawah ini :
