KUNINGAN (MASS) – Euphoria masyarakat Kabupaten Kuningan dalam unjuk kebolehan di ajang pemecahan rekor muri untuk tape terpanjang di dunia telah usai. Tidak tanggung-tangung pemerintah menyediakan tape gratis serta lokasi berlangsungnya acara ketika CFD berlangsung, Minggu (2/9/’18).
Masyarakat tumpah ruah ke jalan ikut memeriahkan acara tersebut. Namun dalam pelaksanaan kegiatan masih terdapat hal-hal yang kiranya perlu menjadi perhatian bersama. Sebut saja pertama kemasan tape yang tidak manusiawi yang ditaruh di galah bambu dengan di hamparkan begitu saja di keramaian orang.
Seharusnya tape itu disajikan dengan baik dan bisa dinikmati oleh masyarakat. Semestinya tape khas Kuningan ini diangkat ke public dalam acara pemecahan rekor muri tape terpanjang dengan menarik, yang terjadi malah dinistakan.
Yang kedua rekayasa lalu lintas tidak ada, mengakibatkat jalan Juanda sampai dengan Aruji mengalami kemacetan disebabkan jalur tersebut satu arah yang seharusnya petugas yang mengatur lalu lintas itu ada.
Katanya acara rekor tingkat dunia di brosur yang beredar, acara setingkat kelurahan pun masih memperhatikan jalur lalu lintas. Ditambah lagi, kita kan tau di Jalan Juanda ini terdapat rumah sakit yang termasuk jalur darurat.
Yang ketiga persoalan sampah. Tidak begitu lama sambutan Jenderal (Purn.) Agum Gumelar.,M.Sc. di Rapat Paripurna Istimewa tepatnya Sabtu 1 September 2018 di gedung DPRD Kabupaten Kuningan terdengar ditelinga kita, beliau menyampaikan syarat bangsa yang besar itu harus memperhatikan kedisiplinan salah satunya kedisiplinan masyarakat dalam membuang sampah.
Melihat acara rekor muri tape terpanjang di dunia yang lalu meninggalkan sampah sangat berserakan. Kalau masih ingat pesan dari mantan Jedral tersebut harusnya panitia menyediakan tempat sampah serepresentatif mungkin sebagai upaya untuk memfasilitasi dalam membangun budaya disiplin membuang sampah.***
Penulis: Reza Rizky Ramadhan (Bidang PTKP HMI Cabang Kuningan)
