KUNINGAN (Mass) – Selaku Ketua DPC PDIP Kuningan, Rana Suparman SSos dikabarkan menjalin pertemuan khusus dengan H Aang Hamid Suganda SSos, mantan Bupati Kuningan. Pertemuan tersebut, kabarnya dilaksanakan dua kali pada malam hari di sebuah resto Cirebon. Namun ketika dikonfirmasikan, Rana membantah telah menggelar pertemuan dengan Aang.
“Enggak ada, enggak benar informasi itu,” singkat Rana sebelum memimpin rapat paripurna perubahan AKD (alat kelengkapan dewan), Jumat (27/1/2017).
Sebelumnya, berhembus kabar adanya rencana koalisi antara kubu Rana dengan kubu Aang jelang Pilkada 2018 nanti. Sinyalemen ini diperkuat oleh munculnya isu digelarnya dua pertemuan antara 2 elit politik tersebut di Cirebon. Pertemuan pertama pada Senin (23/1/2017) malam, sedangkan pertemuan kedua pada Rabu (25/1/2017) malam.
Kapasitas Rana selaku ketua partai, sedangkan Aang sebagai ketua bapilu DPD PDIP Jabar. Beredar rumor, PDIP hendak diarahkan untuk mengusung pasangan Rana Suparman dengan M Ridho Suganda SH alias Edo. Bahkan PAN (Partai Amanat Nasional) diisukan terlibat dalam wacana pengusungan paket pasangan itu mengingat Edo dikabarkan hendak maju lewat PAN.
Paket pasangan Rana-Edo bisa menghadang rencana H Acep Purnama MH untuk maju kembali lewat PDIP. Bahkan muncul bahasa ekstrim, paket pasangan tersebut merupakan upaya penjegalan Acep untuk manggung kembali di pilkada 2018. Namun Sekretaris DPC PDIP Kuningan, Tresnadi menangkisnya.
“Tidak ada itu penjegalan. Yang namanya penjegalan itu, missal seseorang daftar untuk menjadi calon, kemudian berkasnya dihilangkan atau tidak dikirimkan. Sekarang ini, penjaringan saja belum dibuka kok dibilang penjegalan,” ketus Tresnadi.
Kalau pun Rana dan Aang bertemu, menurut dia wajar lantaran kapasitasnya selaku pengurus DPD dan DPC. Bahkan jika ada pertemuan Aang dan Acep pun dinilai wajar karena Aang duduk pada struktur partai tingkatan provinsi.
“Jadi, saya kira itu terlalu dibesar-besarkan. Segala sesuatu dijadikan isu. Bisa saja nanti kalau pak Aang ke restoran, lalu saya ke situ, kemudian diisukan sedang membangun apa, padahal enggak,” kata dia.
Ditanya apakah Tresnadi mengetahui pertemuan itu, ia memberikan jawaban diplomatis. “Tahu atau tidak tahu, ada atau tidak ada pertemuan, saya kira tak jadi persoalan. Pokoknya partai punya prosedur. Mau si A dan si B bertemu 10 kali pun kalau nanti tidak daftar, mau apa. Jadi mekanisme harus ditempuh,” tandasnya. (deden)