KUNINGAN (MASS) – Mantan Ketua DPD KNPI Kuningan periode 2005-2008, Rana Suparman mengungkapkan, pasca kepemimpinannya grafik KNPI menurun. Hanya saja menurunnya dari sisi tinggi badan sosok ketua.
“Saya tinggi badannya 162 cm, disusul pak Dian (Dian Rachmat Yanuar, red) yang tingginya 160 cm. Lalu pak Uus (Uus Yusuf, red). Grafiknya kan begitu. Tapi kan bukan dari fisik menilainya,” ujar Rana setengah guyon.
Obsesi calon pemimpin, menurut dia, yang seharusnya dikejar, bukan tinggi badan. Seorang pemimpin harus mampu tampil dengan kemampuannya sendiri. Bukan karena mendapat restu si A ataupun si B yang justru membuat kemampuannya tidak ditunjukan.
“Emangnya mau menempatkan diri sebagai zombie yang tidak berkemampuan lalu dikendalikan orang? Pemuda itu harus seperti Bung Tomo, Bung Karno, yang punya struktur berpikir sendiri, menganalisis situasi dan mampu memberi solusi,” tandas Rana.
Dia meminta agar tidak menempatkan KNPI sebagai kino atau piranti dari kekuasaan. Pemuda harus bisa menunjukan jati diri yang mampu menjawab tantangan masa depan.
Sebab jika belum apa-apa sudah bicara restu kiri kanan, maka kelak ia akan menjadi pemimpin yang picik dikemudian hari. Pemimpin yang hanya memikirkan diri sendiri dengan mengenyampingkan untuk membangun peradaban yang baik.
“Orang yang belum apa-apa sudah mengklaim restu kiri kanan, itu menunjukan dia tak punya kemampuan dan tak punya struktur berpikir sendiri sehingga lari kemana-mana,” sindirnya.
Pemilihan ketua KNPI yang sekarang sedang berproses, menurut Rana merupakan momentum besar. Pemilihan itu menjadi ruang untuk menentukan arah kepemudaan kedepan.
Banyak variable yang bisa dibaca, mulai dari cara pandang calon pemimpin serta bisakah dia membawa KNPI untuk mampu berpikir tajam dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pembangunan.
“Maka dari itu pemegang suara harus benar-benar melakukan kajian. Jangan terjebak dengan patron. Matron ke si A atau ke si B. Buang dulu itu. Kedepankan kajian, agar grafiknya nanti juga naik,” pungkasnya. (deden)