KUNINGAN MASS – Profesi petani sering dicap kotor, melelahkan, dan kurang bergengsi. Namun di Kabupaten Kuningan, stigma itu perlahan memudar. Berkat upaya serius Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan), ratusan anak muda mulai percaya diri menekuni sektor pangan yang vital tersebut.
Kepala Diskatan Kabupaten Kuningan, Dr. Wahyu Hidayah mengungkapkan, minat generasi muda untuk bertani memang menurun, padahal kebutuhan pangan tidak bisa tergantikan oleh teknologi apa pun.
“Kalau perkembangan zaman, profesi lain bisa tergeser teknologi. Tapi profesi petani, kebutuhan makan itu tidak bisa tergantikan,” tegas Wahyu dalam podcast bersama Kuningan Mass, Sabtu (28/6/2025).
Diskatan mencatat, hingga saat ini sudah ada 685 petani milenial yang difasilitasi melalui pelatihan dan pembinaan. Mereka berasal dari berbagai kecamatan di Kuningan, dengan ragam usaha tani mulai dari padi, hortikultura, sampai ternak.
“Kami sudah melatih 685 orang, difasilitasi dari Kementerian Pertanian maupun provinsi, untuk regenerasi petani,” jelasnya.
Ia mencontohkan sosok Wildan, petani muda asal Cihirup yang kini menjadi nominasi petani milenial terbaik Jawa Barat, serta Kang Pipin yang sukses menanam melon premium, hingga Bakhtiar dengan usaha cabai di lahan 30 hektare.
“Petani milenial ini kami dorong bukan hanya untuk bisa bertani, tetapi juga menjadi trainer bagi generasi lain,” paparnya.
Menurutnya, saat ini sekitar 36,2% warga Kuningan masih bekerja di sektor pertanian. Meski jumlahnya relatif besar, regenerasi petani tetap harus digenjot agar keberlangsungan pangan lokal tetap terjamin.
“Kalau nanti tidak ada yang mau melanjutkan, siapa yang akan memproduksi pangan? Padahal makan itu kebutuhan pokok,” katanya.
Beragam pelatihan terus digelar, termasuk literasi keuangan, penggunaan teknologi tepat guna, dan juga pendampingan agar anak muda tertarik menanam di lahan pekarangan, tak harus punya sawah luas. (argi)
Selengkapnya, tonton di bawah ini :
