KUNINGAN (MASS) – Siapa sangka, pemuda satu ini baru berusia 31 tahun. Namun untuk seumuran dia, pahit getirnya kehidupan telah cukup banyak ia alami. Pernah segala punya, pernah pula tak punya apa-apa hingga harus makan dengan teman nasi yang hanya kuah royco (penyedap masakan).
Namanya, Tommy Egi Hidayat, putra asli Kelurahan Cirendang Kecamatan Kuningan. Ia kini membuka usaha online shop di tempat kelahirannya. Meski usahanya terbilang belum besar, namun Tommy sudah ikut berkontribusi pada pemerintah dengan menyerap tenaga kerja puluhan orang.
“Online Shop ini baru berjalan 2 taunan. Alhamdulillah dengan modal hanya 5 juta, sekarang sudah bisa mengajak kaum muda-mudi dari Cirendang dan sekitarnya untuk bekerja sebanyak 35 orang,” ujar Tommy kala ditemui kuninganmass.com di kantornya, kemarin (12/7/2023).
Tekad Tommy untuk menjadi orang sukses, begitu besar. Beragam profesi telah ia lakoni. Mulai dari menjadi pelaut, event organizer, tim IT, buka usaha kuliner, custumer service, pedagang otak-otak hingga pernah jadi kuli bangunan.
Sebagai bahan inspirasi bagi kaum muda Kuningan, Tommy mau menceritakan kisah hidupnya. Pituin Cirendang ini mengenyam pendidikan di SDN 1 Cirendang, yang dilanjutkan ke SMPN 1 Kramatmulya dan SMAN 3 Kuningan.
Setelah lulus SMA pada 2010, Tommy melanjutkan studinya ke Akademi Maritim Jakarta. Lulus dari akademi tersebut, ia menjadi pelaut selama 2 tahun.
“Karena dulu cita-cita saya jadi TNI, terus terang profesi pelaut tidak saya jalani dengan sepenuh hati. Meskipun rumah, mobil dan berbagai kebutuhan lain kebeli tapi saya memilih berhenti berlayar,” tuturnya.
Setelah melepas predikat pelaut, Tommy menjalani profesi lain di Bekasi. Pernah memegang tim leader ABC Exo dan kopi Good Day di PRJ, driver Grab dan pernah jadi tim IT Gojek. Diperjalanan, Tommy juga membuka kedai (usaha kuliner) di Bekasi dan membuka 2 warung kaki lima.
“Alhamdulillah asyik-asyik saja waktu itu. Tapi usaha kedai dan warung bertahan satu setengah tahun. Saya pun bangkrut. Padahal kita lagi butuh-butuhnya uang, dan istri saya lagi hamil,” cerita Tommy.
Dari kebangkrutan tersebut, Tommy bersama istrinya sangat merasakan betul bagaimana perihnya kehidupan. Untuk kebutuhan makan saja sulit. Yang dia ingat dan terus mengiang-ngiang di kepala, Tommy bersama istrinya terpaksa harus makan dengan kuah royco.
“Pengalaman pahit. Tapi dari situ saya termotivasi untuk hidup lebih baik dan maju. Saya tekadkan, jangan sampai teralami lagi makan sama kuah royco,” tandasnya.
Pada 2019, Tommy bersama istrinya pulang ke Kuningan. Agar bisa tetap survive, ia jualan otak-otak di depan SMP Kramatmulya. Tommy pun mencoba mencari pekerjaan apa saja untuk mengais rizki yang halal. Melamar kerja ke sana kemari.
“Sampai saya harus jadi kuli bangunan, yang memang bukan bidang saya. Saya jalani dengan penuh kesungguhan,” ungkapnya.
Saat sedang asyik-asyiknya jadi kuli bangunan, Tommy mendapat panggilan pekerjaan dari perusahaan digital milik Jono di Desa Kaliaren Cilimus. Ia putuskan bekerja di sana selama 3 tahun.
Dua tahun ke belakang, Tommy resign dan nekat membuka usaha sendiri dengan modal minim. Namun dirinya bersyukur, dengan mengibarkan bendera CV Al Ghazali Official Group tersebut kini dirinya berhasil mendapatkan omset cukup besar dan mampu memberdayakan kaum muda di sekitarnya.
Sejak dulu, Tommy menaruh perhatian cukup besar kepada generasi muda. Konsennya pada kaula muda membuat Tommy kerap mengelus dada tatkala melihat minimnya sarana prasarana untuk kreativitas pemuda.
“Bisa dilihat di Pandapa, jika dulu ada komunitas skateboard sepeda, sekarang gak kelihatan lagi. Lalu munculnya balapan liar, itu akibat kurangnya sarana bagi pembalap. Dan menggeliatnya olahraga sepakbola perlu lebih disupport. Sepakbola Kuningan harus dilirik dunia,” kata Tommy.
Terkait UMKM pun, eksistensi Taman Cirendang harus dievaluasi agar bisa membantu para pelaku UMKM. “Kalau di taman-taman lain, UMKMnya hidup. Keberadaan taman itu berfungsi untuk membantu mereka. Kalau di Tamcir sih fungsinya baru sebagai tempat pacaran,” sindirnya.
Terdorong oleh kondisi seperti itu, Tommy merasa terpecut untuk mencalonkan anggota legislatif. Ia ingin mewujudkan harapan masyarakat, khususnya kaum muda di Kuningan. Sebagai pemuda, dirinya merasa terpanggil untuk menjadi pembantu dan pelayan rakyat.
“InsyaAllah, saya sudah bulatkan tekad untuk mencalonkan anggota legislatif dari dapil 1. Partai yang saya pilih yaitu PAN, Partai Amanat Nasional. Prinsip saya, siapapun berhak menjadi wakil rakyat, tak peduli kaya atau miskin,” pungkas Tommy. (deden)