KUNINGAN (MASS) – Presmian Bendungan Kuningan oleh Presiden RI Ir H Joko Widodo bagi Pemkab Kuningan merupakan kado Hari Jadi Kuningan. Sebab, pada tanggal 1 September merupakan HUT ke 523.
“Ini kado untuk Kabupaten Kuningan, yang mana Pembangunan Bendungan ini bisa diresmikan langsung oleh bapak Presiden, Alhamdulilah, terima kasih bapak Presiden, terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan menyukseskan agenda ini hingga puncaknya pada peresmian hari ini,” ungkap Acep, Selasa (31/8/2021).
Diterangkan, bendungan yang memilki luas 302,26 Ha, berlokasi di 6 Desa 2 Kecamatan di Kabupaten Kuningan yaitu, Desa Randusari, Desa Sukarapih, Desa Kawungsari Kecamatan Cibeureum, Desa Simpayjaya, Desa Tanjungkerta, dan Desa Cihanjaro Kecamatan Karangkancana.
Dari Keenam desa tersebut, dikatakan Bupati, Desa Kawungsari Kecamatan Cibeureum yang terkena dampak paling besar dimana satu Kawasan permukiman perdesaaan sebanyak 361 KK harus di relokasi.
Diterangkan, untuk relokasi masyarakat Desa Kawungsari Kecamatan Cibeureum telah selesai dibangun terletak di Desa Sukarapih Kecamatan Cibeureum seluas ± 10 ha dan dengan disiapkan 444 Unit Rumah Khusus dengan memperhatikan kualitas.
Sementara itu, untuk masyarakat yang terkena dampak Pembangunan Bendungan Kuningan bupati mengaku hormat atas dukungannya.
Pada kesempata itu, Acep juga mengucapkan terima kasih juga kepada H Aang Hamid Suganda selaku Bupati terdahulu sebagai penggagas Pembangunan Bendungan Kuningan.
Sekadar informasi bendungan yang selesai dibangun pada tahun 2021 ini, merupakan Program Strategis Nasional yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasokan air bagi areal pertanian secara luas.
Bendungan dibangun selama delapan tahun dengan biaya sebesar Rp 513 Miliyar. Adapun kapasitas tampung 25,9 juta meter dan luas genangan 221,59 hektare .
Bendungan ini akan menyulai air irigasi secara kontinu bagi 3.000 hektare areal sawah masyarakat yang berada di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon di Jawa Barat dan Kabupaten Brebes di Jawa Tengah.
Hal ini akan mendorong peningkatan produktifitas sekaligus kesejahteraan para petani. Jika suplai air untuk irigasi ini terus terjaga, petani bisa menambah frekuesi tanamnya dari satu kali setahun menjadi dua atau tiga kali setahun.
Sehingga dapat meningkatkan produksi dan juga berdampak pada kesejahteraan petani(agus)