Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Netizen Mass

Penanganan Covid-19 dalam Islam

KUNINGAN (MASS) – Penyebaran virus covid-19 tak dapat dikendalikan. Semakin hari semakin mengganas penularannya. Setiap hari ada saja yang meninggal akibat terserang covid-19. Namun, tingkat kewaspadaan masyarakat mulai menurun.

Hal ini dikarenakan adanya adaptasi kebiasaan baru dengan tidak memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku. Jumlah korban positif covid-19 pun selalu meningkat drastis setiap harinya. Dampaknya pembelajaran di sekolah masih dilakukan secara daring. Namun, berbeda dengan pondok pesantren yang memulai kegiatan belajar mengajar bertatap muka.

Walhasil, penyebaran virus covid-19 tak dapat diredam, padahal telah mematuhi protokol kesehatan dengan ketat. Ini terjadi di pondok pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat terdapat santri yang positif terpapar virus korona (covid-19). Tercatat hingga 2 Oktober 2020, ada 62 santri positif dari hasil tes usap massal, sehingga total yang positif ada 155 orang. Sementara 40 santri dinyatakan sudah sembuh (kompastv.com, 03/10/20).

Husnul Khotimah hanya salah satu pondok pesantren yang menjadi klaster korona dari 58 di seluruh Indonesia. Maka, untuk menghentikan penyebaran yang semakin meluas Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum meminta kegiatan belajar dihentikan sementara. Selain itu, Bupati Kuningan, Bapak Acep Purnama menawarkan tempat isolasi dan mengeluarkan surat penegasan untuk dilakukannya peninjauan ulang terhadap kebijakan proses KBM dengan tatap muka (kuningankab.go.id, 29/09/20).

Akhirnya, pemerintah daerah melakukan koordinasi dengan Kadinkes Kabupaten Kuningan dan Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dr. Siska Gerfianti, MH.Kes., Sp.DLP akan melakukan pemulangan santri yang belum terpapar. Tata cara pemulangannya dengan melakukan tes swab terlebih dahulu dan hasilnya harus negatif. Jika dinyatakan positif, makan dilakukan isolasi terlebih dahulu di ponpes.

Pada dasarnya, pemerintah pusat dan daerah telah bekerja sama dalam menangani wabah covid-19. Memang hasilnya tidak signifikan, namun kecepatan dalam mengurangi penyebaran telah tegas. Adanya sanksi yang dilakukan, jika terjadi pelanggaran di tengah masyarakat.

Selain itu, dalam mengatasi wabah yang semakin merebak, Islam memberikan beberapa cara, yaitu:

  1. Edukasi preventif dan promotif
    Islam adalah agama pencegahan. Telah banyak disebutkan bahwa Islam mewajibkan kaum muslim untuk ber-ammar ma’ruf nahiy munkar. Yakni menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemunkaran. Maka Islam memang telah memerintahkan kepada setiap orang untuk mempraktikkan gaya hidup sehat.

Oleh karenanya, Negara memiliki peran untuk senantiasa menjaga perilaku sehat warganya. Selain itu, pemerintah juga mengedukasi agar ketika terkena penyakit menular ini, disarankan menggunakan masker. Dan beberapa etika ketika sakit lainnya. Hal ini sangat membantu pemulihan wabah penyakit menular dengan cepat.

  1. Sarana dan Prasarana Kesehatan
    Pelayanan dan kesehatan berkualitas hanya bisa direalisasikan jika didukung dengan sarana dan prasaran yang memadai. Ditambah adanya sumber daya manusia yang profesional dan kompeten. Penyediaan semua itu menjadi tanggung jawab dan kewajiban negara.

Karenanya negara wajib membangun berbagai rumah sakit, klinik, laboratorium medis, apotek, lembaga litbang kesehatan, sekolah kedokteran, apoteker, perawat, bidan serta sekolah kesehatan lainnya yang menghasilkan tenaga medis.

Negara juga wajib mengadakan pabrik  yang memproduksi peralatan medis dan obat-obatan, menyediakan SDM kesehatan baik dokter, apoteker, perawat, psikiater, akupunkturis, penyuluh kesehatan dan lain sebagainya. Pelayanan kesehatan harus diberikan secara gratis kepada rakyat tanpa mendiskriminasi.

Pembiayaan untuk semua itu diambil dari kas Baitul Mal, baik dari pos harta milik negara maupun milik umum. Maka dengan begitu, apabila terjadi kasus wabah penyakit menular dapat dipastikan negara dengan sigap akan membangun rumah sakit untuk mengkarantina penderita, atau membangun tempat karantina darurat. Serta mendatangkan bantuan tenaga medis yang profesional untuk membantu agar wabah segera teratasi.

  1. Pembangunan Sanitasi Yang Baik
    Islam sangat peka terhadap kebersihan dan sanitasi seperti dibahas dalam hukum-hukum thaharah. Kebijakan kesehatan Khilafah juga diarahkan bagi terciptanya lingkungan yang sehat dan kondusif. Tata kota dan perencanaan ruang akan dilaksanakan dengan senantiasa memperhatikan kesehatan, sanitasi, drainase, keasrian dsb. Hal itu sudah diisyaratkan dalam berbagai hadits:

“Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, Maha Bersih dan mencintai kebersihan. Maha Mulia dan mencintai kemuliaan. Karena itu bersihkanlah rumah dan halaman kalian dan janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi” (HR. At Tirmidzi dan Abu Ya’la)

Hadis di atas mengisyaratkan pengaturan pengelolaan sampah dan limbah yang baik, tata kelola sanitasi lingkungan yang memenuhi standar kesehatan dan pengelolaan tata kota yang higienis, nyaman sekaligus asri.

  1. Karantina
    Dalam sejarah, wabah penyakit menular sudah terjadi pada masa Rasulullah SAW. Wabah tersebut adalah kusta yang menular dan mematikan dan belum ada obatnya. Untuk mengatasi wabah tersebut salah satu upaya Rasulullah adalah dengan menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasulullah memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para penderita kusta tersebut. Dengan demikian, metode karantina telah diterapkan sejak zaman Rasulullah untuk mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain.

Rasulullah juga pernah memperingatkan umatnya untuk jangan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang untuk keluar. Beliau bersabda:

“Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah tersebut. Sebaliknya jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu” (HR. Al-Bukhari).

  1. Islam Menginspirasi Negara Menciptakan Vaksin
    Umat Islam terdahulu mengembangkan ikhtiar baru mengatasi pandemi, yakni vaksinasi. Cikal bakal vaksinasi itu dari dokter-dokter muslim zaman Khilafah Utsmani, bahkan mungkin sudah dirintis di zaman Abbasiyah.

Sebagai muslim kita harus waspada dan optimis sekaligus. Waspada, bahwa virus  ini bisa menyebar ke negeri-negeri muslim yang lambat mengantisipasi. Namun juga optimis bahwa untuk setiap penyakit, Allah pasti juga menurunkan obatnya.

Itulah pandangan Islam yang akan menyelesaikan wabah dengan cepat. Rakyat hidup dengan ketenangan, serta perekonomian pun akan tetap berjalan seperti biasanya. Sudah saat menerapkan Islam secara kaffah di seluruh dunia.

Wallahu’alam bi shawab

Penulis: Citra Ningrum

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement