KUNINGAN (Mass)- Warga Kabupaten Kuningan mayoritas penduduknya adalah suku Sunda. Layaknya suku lain yang ada di Indonesia penduduk Kuningan tumbuh dinamis menyesuaikan perkembangan zaman.
Meski zaman terus berkembang tapi warga Kuningan juga tetap mempertahankan budaya yang dimiliknya. Tapi, ada hal unik yang terjadi di masyarkat Kuningan akhir-akhir ini yakni lenyapnya nama-nama anak yang bercirikan ‘urang’ Sunda.
Saat ini cukup sulit menemukan nama anak seperti Asep, Cecep, Euis, Lilis. Begitu juga Amin, Aam, Aang, Deden, Agus, Dayat dan banyak lagi.
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kuningan Drs H KMS Zulkifli MSi mengakui, akhir-akhir ini nama-nama yang bercirikan nama Sunda sudah mulai menghilang. Berganti dengan nama anak yang berbau kebarat-baratan.
Selain kebarat-baratan juga tren nama anak yang mengambil dari Bahasa Arab. Kalau pun ada yang masih bercirikan nama yang banyak di gunakan suku Sunda jumlahnya terbatas dan itu pun warga pinggiran.
“Untuk akta kelahiran kan harus ditanda tangani langsung oleh saya. Setiap dilihat namanya sangat bagus-bagus dan jarang nama-nama seperti orang tua dulu,” ucap Zul kepada kuninganmass.com, Rabu (26/7).
Diterangkan, nama-nama anak sekarang lebih banyak dari Bahasa Arab dan terdiri dari tiga kata. Hal positifnya dengan nama tiga kata itu adalah memudahkan ketika membuat paspor.
“Pokoknya nama-nama anak sekarang keren-keren dan terkadang sulit dihapal. Sangat berbeda dengan nama orang tua dulu,” ujar mantan pejabat di BKD Kuningan itu.
Zul sendiri langsung menunjukan salah satu bukti akta kelahiran yang namanya diambil dari Bahasa Arab. Meski dalam akta orang tuanya masih bercirikan nama khas Sunda.
Pernyataan Zul dibenarkan salah satu guru SDN 2 Kuningan Indryati Widya Utama. Perempuan berkacamata itu mengatakan, dari jumlah murid kelas 1B sebanyak 33 orang semuanya sangat bagus dan sulit dihapal.
“Saya lihat tidak ada namanya Asep, Udin, Euis, Lilis atau pun Jajang. Sekarang nama-namanya keren dan panjang-panjang,” ujar Indri.
Padahal orang tua dulu memberikan nama tidak asal. Seperti ungkapan nama itu adalah doa. Begitu juga orang Sunda memberikan nama kepada anaknya.
Sebagai contoh nama Asep. Asep sendiri artinya adalah tampan, yang diambil dari kata ‘kasep’ dalam bahasa Sunda. Begitu juga dengan nama Amin yang artinya Benar. (agus)