KUNINGAN (MASS) – Usulan anggaran Kamus Basa Sunda senilai Rp400 juta ternyata apirasi anggota DPRD Kabupaten Kuningan Fraksi Gerindra, Deki Zaenal Mutaqin.
Hal itu, disampaikan langsung oleh yang bersangkutan pada Kamis (29/12/2022) sore kemarin.
“Betul (itu adalah usulan saya),” sebut Deki, kala diwawancarai.
Deki mengaku, awalnya membiarkan isu itu bergulir karena ternyata, narasi yang muncul seolah-olah penganggaran itu masalah. Padahal, kata Deki, baik esensi maupun normatifnya sudah ditempuh.
“Saya anggap ini nilai kebaikan untuk membangun karakter bangsa, soal siapa yang punya (mengusulkan) itukan bukan soal,” ujarnya.
Deki mengaku, awalnya tidak akan menanggapi hal tersebut meski sudah disinggung-singgung oleh anggota DPRD lainnya, Rana Suparman, yang juga Ketua Paguyuban Pasundan.
Lebih jauh, Deki menerangkan awalnya dirinya mengusulkan Kamus Sunda Jawa Barat secara umum, karena bahasa wewengkon sudah diusulkan sebelumnya. Dan saat itu, masih dirasa sangat kurang.
Pentingnya Basa Sunda, lanjutnya, karena keberadaan bahasa indung sebagai pembentukan pondasi karakter bangsa. Dan saat ini, proses usulan secara administrasinya sudah ditempuh secara normatif.
Saat dibilang apakah anggaran tersebut fantastis, Deki justru bilang masih banyak yang lebih fantastis. Pembangunan JLTS misalnya, pembebasan lahannya saja mencapai 65 Milyar dalam 2 tahun APBD. Belum lagi nanti pembangunannya bisa mencapai ratusan Milyar.
“Tidak bermaksud membanding-bandingkan, tapi kita harus saling support apa yang diusulkan,” kata Deki.
Menurutnya, jika yang menganggarkan sarana jalan dianggap cukup penting, dirinya meminta agar membangun karakter bangsa juga dianggap penting. Membangun jalan pikiran bangsa, penting untuk masa depan anak cucu nanti.
Nilai anggaran Rp400juta, kata Deki, tidak terlalu besar untuk cakupan kabupaten. Apalagi, kamus yang dicetak, harga edarnya cukup tinggi. Mungkin dari anggaran tersebut hanya bisa mencetak 700 buku. Padahal, SD saja ada 657, SLTP ada 124-an.
Deki juga sempat menjelaskan apa urgensinya tetap berbentuk buku, bukan digital. Salah satunya karena sasaran penggunanya adalah insan pelajar dan civitas sekolah. (eki/deden)
Pernyataan lengkap, cek video berikut :