KUNINGAN (MASS) – Dalam membahas lingkungan akan banyak permasalahan yang muncul seperti banjir, tsunami, tanah longsor dan lain-lain. Sebagai masyarakat kita mempunyai kewajiban akan pentingnya menjaga dan merawat lingkungan, maka sangat penting apabila edukasi bencana harus ditanamkan sejak dini agar dapat mengetahui apa itu dampak bencana alam dan bagaimana menghadapinya, karena tidak ada seorang pun yang tahu dan bisa memprediksi kapan bencana alam itu melanda.
Datangnya bencana alam ini seringkali membuat panik masyarakat, justru kepanikan masyarakat ini terkadang malah menimbulkan banyak korban jiwa. Maka dengan hal ini edukasi bencana kepada anak sekolah dasar ini sangat penting dan baik sekali agar dapat mengenalkan para siswa tindakan apa saja yang harus dilakukan pada saat terjadi gempa dan tsunami dengan hal ini bisa dilakukan dengan cara menggelar acara simulasi mengenai tanggap bencana.
Seperti halnya yang ditulis oleh detik.com, pemerintah bersama DPR telah sepakat untuk mengalokasikan lebih banyak lagi anggaran untuk melakukan edukasi bencana alam pada APBN 2019. karena edukasi bencana ini sangat penting dilakukan sejak dini dan mendorong untuk masuk dalam materi yang diajarkan pada sistem pendidikan, karena edukasi bencana ini sangat penting dilakukan sejak dini sehingga betul-betul sigap dalam menghadapi bencana dan indonesia juga memiliki kondisi geografis yang rawan bencana, seperti sepanjang tahun 2018 setidaknya di sejumlah daerah seperti gempa bumi di Lombok, gempa bumi dan tsunami di Palu dan tsunami di Selat Sunda sehingga masyarakat harus siap dan sigap dalam menghadapi bencana alam.
Tinggal di daerah yang rawan bencana alam memang harus memerlukan kesiap siagaan dalam menghadapinya, maka diperlukan pengetahuan untuk dan tindakan yang tepat untuk menanggulanginya. Anak-anak adalah pihak yang sangat penting untuk mendapatkan edukasi bencana alam. Karena setidaknya mereka mampu menyelamatkan diri mereka sendiri. Pasalnya, korban jiwa dalam suatu bencana lebih banyak terjadi pada anak-anak rena kurangnya kemampuan mereka dalam menyelamatkan diri dan pengetahuan yang minim dalam mengahadapi bencana. Jika anak-anak tidak cukup memiliki pengetahuan untuk bertindak ketika menghadapi bencana maka anak-anak akan merasa trauma yang mendalam dan berpengaruh pada psikologis anak.
Menurut Karim Abdul (2017) manusia menjadi salah satu faktor penentu dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan sekaligus memiliki peran dan tanggung jawab untuk memberdayakan kekayaan lingkungan guna kelangsungan hidup.
Menurut Saputra Meidi (2017) Kesalahan sudut pandang manusia terhadap lingkungan telah mengantarkan kehidupannya pada kondisi yang disebut Unsustainbale for Development”. Suatu keadaan dimana kehidupan manusia tidak seimbang dikarenakan ulah manusia yang cenderung lebih banyak mengeksploitasi lingkungan dari pada memelihara sumber-sumber natural. Dengan kata lain manusia cenderung terlalu banyak memanfaatkan dan lupa menjaga lingkungan itu sendiri.
Dalam hal ini manusia menjadi salah satu faktor utama dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan, karena di sisi lain kerusakan lingkungan salah satunya dipicu oleh kesalahan manusia yang kurang menjaga dan merawat lingkungannya. Maka sejak dini harus sudah ditanamkan edukasi bencana dalam sistem pendidikan agar anak dapat memanfaatkan lingkungan serta menjaga dan merawat lingkungan dengan baik. Selain itu dengan edukasi bencana ini anak akan lebih paham bagaimana menjaga lingkungan dan dampak apabila tidak menjaga lingkungan sehingga anak akan lebih siap dan sigap jika menghadapi bencana alam yang sebetulnya tidak diharapkan.
Maka sangat penting memberikan edukasi bencana kepada anak sekolah dasar agar dapat mengetahui cara berlindung saat bencana itu terjadi terutama ketika seorang anak sedang berada jauh dari orang tua. Saat terjadi bencana alam mereka harus paham dimana mereka harus berlindung agar mereka selamat dari kejadian bencana alam, karena semakin dini seorang anak paham mengenai cara mengevakuasi diri saat terjadi bencana alam seperti gempa bumi, banjir, longsor ataupun tsunami, maka semakin kecil korban jiwa terutama anak- anak yang bisa timbul pascakejadian bencana karena mereka cukup bekal pengetahuan menghadapi bencana alam.***
Penulis: Dina Widiyani
Mahasiswi PGSD Uniku