KUNINGAN (MASS) – Tidak terasa kini kita telah berada di penghujung tahun 2022, yang sebentar lagi berganti menjadi tahun 2023. Pergantian tahun ini hendaknya dijadikan media untuk melakukan refleksi atau evaluasi, dan sebagai pengingat bahwa waktu cepat berlalu. Seiring cepat berlalunya waktu, hendaknya diiringi dengan persiapan menyiapkan bekal dalam menghadapi kehidupan selanjutnya.
Cepatnya waktu berlalu, hendaknya manusia tidak menyia-nyiakannya. Menyiakan waktu berarti menyia-nyiakan kesempatan dalam kehidupan. Karena waktu itu merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri.
Imam Syahid Hasan al-Banna mengingatkan hakikat waktu, “Siapa yang mengetahui arti waktu berarti mengetahui arti kehidupan. Sebab, waktu adalah kehidupan itu sendiri.” Dengan begitu, orang yang menyia-nyiakan waktu berarti tidak memahami akan arti sebuah kehidupan.
Saking berharganya waktu, pepatah Inggris mengatakan time is money (waktu adalah uang). Hal ini mengandung makna bahwa menyia-nyiakan waktu berarti kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pundi-pundi uang yang banyak. Inilah gambaran bagi orang yang menjadikan dunia sebagai orientasi hidupnya, sehingga segala sesuatu selalu diukur dengan harta (uang).
Dalam pepatah Arab alwaqtu kassaif in lam taqtha’hu qatha’aka (waktu itu bagaikan pedang. Jika Anda tidak memanfaatkannya, Anda yang akan dimanfaatkan (ditebas olehnya). Hal ini mengandung makna, orang yang tidak memanfaatkan waktu akibatnya seperti orang yang telah kehilangan kesempatan hidup.
Orang yang kehilangan kesempatan hidup seakan mati sebelum waktunya. Dikatakan mati namun masih dapat menghabiskan nasi, dikatakan hidup namun tidak berbuat hal yang bermanfaat dan hanya menghabiskan waktu untuk menunggu datangnya mati.
Bagi seorang muslim alwaqtu huwal ibadah (waktu adalah ibadah). Hal ini mengandung makna bahwa, setiap waktu yang berlalu selalu bernilai ibadah, karenanya bagi seorang muslim akan selalu memanfaatkan waktu untuk aktifitas beribadah kepada Allah SWT.
Dan, inilah hakikat dari diciptakannya manusia untuk selalu beribadah kepada-Nya. “Dan, Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS al-Dzariyat [51]: 56).
Jika waktu itu begitu cepat berlalu, apa yang seharusnya kita lakukan untuk mengimbangi cepatnya pergerakan waktu? Hasan al-Basri mengingatkan, “Wahai anak Adam, sesungguhnya Anda bagian dari hari, apabila satu hari berlalu, berlalu pula sebagian hidupmu.”
Berkaitan dengan waktu, Rasulullah SAW mengingatkan empat hal, tentang umur untuk apa dihabiskan, masa muda untuk apa digunakan, terkait harta dari mana diperoleh dan untuk apa dihabiskan, dan ilmu untuk apa dimanfaatkan.” (HR Tirmidzi).
Rasulullah SAW mewanti-wanti melalui sabdanya, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara; waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu; sehatmu sebelum datang sakitmu; kayamu sebelum datang kefakiranmu; luangmu sebelum datang sibukmu; dan hidupmu sebelum datang matimu.” (HR Hakim).
Dalam hadis yang lain, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya, sedangkan seburuk-buruknya manusia adalah yang panjang umurnya, tetapi buruk amal perbuatannya.” (HR Tirmidzi).
Saking pentingnya akan waktu, dalam Alquran Allah SWT bersumpah atas nama waktu dengan redaksi yang berbeda-beda, misalnya wal-fajr (demi waktu fajar), wal-lail (demi waktu malam), wan-nahar (demi waktu siang), wadh-dhuha (demi waktu dhuha) dan kalimat lainnya.
Hal ini mengisyaratkan kepada manusia bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan dari waktu yang diberikan ada pertanggungjawaban. Karenanya, manfaatkanlah kesempatan dan waktu sebagai sarana untuk ibadah, apapun profesi kita. Buktikan.
Penulis : H Imam Nur Suharno
Kepala Divisi HRD dan Personalia Pesantren Husnul khotimah, Kuningan Jawa Barat