Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass
https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-3893640268476778/main/editContentAds?webPropertyCode=ca-pub-3893640268476778&adUnitCode=1128420475 Smart Widget MGID

Religious

Kuningan Tanah Seribu Keyakinan, Semua Ajaran Bisa Hidup Berdampingan

KUNINGAN (MASS) – Di satu wilayah, Anda bisa menemukan Ahmadiyah, NU, Muhammadiyah, Sunda Wiwitan, bahkan kelompok radikal. Semuanya hidup berdampingan. Kuningan, sebuah kabupaten kecil di Jawa Barat, menyimpan mozaik kepercayaan yang jarang ditemukan di tempat lain. Tapi apakah ini berarti damai atau sekadar menahan badai? Podcast Kuningan Mass bersama pejabat Kemenag RI mengungkap sisi tak terlihat dari keragaman luar biasa ini.

Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dikenal bukan hanya karena keindahan alamnya, tapi juga karena keragaman kepercayaannya yang luar biasa. Dalam podcast Kuningan Mass yang tayang Selasa (10/6/2025), Dedi Slamet Riyadi, Kasubdit Bina Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik Kemenag RI mengungkapkan, Kuningan merupakan salah satu wilayah dengan spektrum keyakinan dan aliran keagamaan terlengkap di Indonesia.

“Saya sering menyebut Kuningan sebagai daerah liminal (daerah perlintasan). Di sini semua bisa ada: dari Ahmadiyah, Sunda Wiwitan, Kristen, Katolik, bahkan kelompok-kelompok yang pernah terafiliasi dengan jaringan terorisme,” ujar Dedi.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Kuningan digambarkan sebagai melting pot, tempat bertemunya banyak identitas dan ajaran:

  • Komunitas Ahmadiyah terbesar di luar Tasikmalaya.
  • Kepercayaan adat seperti Akur (Adat Karuhun Urang) dan Sunda Wiwitan.
  • Ormas besar seperti NU, Muhammadiyah, Persis, LDII.
  • Bahkan, jejak kelompok radikal pun pernah terdeteksi di wilayah ini.

“Kuningan itu unik. Masyarakatnya akomodatif. Selama tidak mengganggu urusan perut atau keyakinan pribadi, mereka bisa menerima apa pun,” jelasnya kembali.

Namun di balik sikap akomodatif tersebut, Dedi juga menyinggung bahwa sebagian warga Kuningan cenderung kurang mengakar pada identitas organisasional keagamaan mereka.

“NU-nya tidak militan, Muhammadiyah-nya juga tidak terlalu mengakar. Pindah-pindah partai juga biasa. Ini bisa jadi berkah, tapi juga tantangan dalam menjaga arah kehidupan beragama,” tambahnya.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Ia juga menyebutkan, Kuningan memiliki warisan budaya seperti tarian Cingcowong dan seni Paseban yang merupakan hasil peleburan berbagai pengaruh luar. Bahkan ia menyebut Kuningan sebagai “daerah adaptif”, tempat di mana siapa pun bisa bertahan dan diterima, asal tidak memaksa kehendak.

“Kalau ada yang bikin ajaran baru pun, misalnya kalau dia bisa mengobati atau menebak masa depan dengan akurat, bisa saja punya padepokan sendiri. Budaya di sini sangat memungkinkan itu,” tuturnya. (argi)

Selengkapnya, tonton di bawah ini :

Advertisement. Scroll to continue reading.

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement Smart Widget MGID