KUNINGAN (MASS) – Melestarikan benda pusaka atau memakai pakaian adat sunda itu juga termasuk pelaku budaya, dan bukan orang yang ketinggalan zaman, apa lagi di sebut dukun, samapai samapi di sebut aliran sesat, dan masih menanyakan agama.
“Emang agama kamu apa? “
“Jangan rawat pusaka atau itu syirik “
Masih banyak yang seperti itu saat memakai ciri khas sunda. Apabila semua orang trus menerus seperti itu, apalagi anak muda generasi Z sekarang seperti itu, budaya yang lama akan tergantikan dengan budaya yang baru.
Notebenenya, budaya orang sunda yang selalu menyapa orang yang tidak dikenal dalam keadaan apapun dan di manapun adalah salah satu identitas budaya sunda sopan santun, welas asih yang terus mengalir dari nenek moyang ke cucu-cucunya, namun sekarang mulai menyurut.
Jika banyak budaya masyarakat Kuningan yang hilang dikarenakan budaya orang asing berdatangan. Maka identitas masyarakat Sunda akan tergerus dan tergantikan dengan budaya baru. Pada gilirannya kemungkinan Kuningan tidak lagi memiliki jati diri seorang yang kaya akan budaya.
Bisa diperkirakan, 30 tahun yang akan datang, anak muda masih krisis kebudayaan, kita hilang dan identitas diri kuningan tergerus. Kuningan yang dilupakan oleh dirinya sendiri tidak akan akan lagi menonjolkan dirinya sendiri, dikarnakan di era sekarang pun krisis anak muda dalam hal budaya, seakan-akan menganggap kuno, padahal sehari-hari yang semua dia makan itu adalah ajaran/ ilmu leluhur orang Sunda (nasi).
“Loba jalma poho kana simbol siloka kujang jadi poho kana dirina. Lamun poho kana diri kahade bisi poho ka nu ngusik malik dirina,”
(Terj: Banyak orang lupa kepada filosofi kujang, jadi lupa kepada dirinya sendiri. Kalau sudah lupa kepada dirinya, awas lupa kepada yang menggerakan diri kita)
Penulis : Rafly Zulfikar, Penggiat Budaya Sunda