KUNINGAN (MASS)- Karnaval budaya sudah selesai dan banyak warga terpuaskan karena karnval yang digelar setahun sekali ini menjadi hiburan murah meriah. Meski begitu banyak pihak yang menilai kegiatan ini membuang-buang dana karena banyak peserta yang menyewa kostum dari luar kota terutama SKPD.
Seharusnya kegiatan ini dari Kuningan untuk Kuningan. Namun, ternyata tidak diperhatikan masalah itu. Para peserta lebih mementingkan pujian dari pada sumbangsih ke daerah.
“Alhmdulillah, saya masih mendapatkan rejeki. Menurut saya pelaku usaha Kuningan yang harus menikmati. Salon-salon Kuningan yang harus ramai justru peserta kebanyakan nyewa dari Bandung, Cirebon dan kota lainnya,” sebut Yudis pemilik Rumah Pengantin Yudis kepada kuninganmass.com, Jumat (6/9/2019).
Ia menerangkan, ketika menyewa dari luar kota dengan berapa pun harga ditebus. Namun, ketika giliran di Kuningan, harga sedikit mahal mereka protes.
Kritikan mengenai karnaval budaya tidak dinikmati oleh pelaku usaha Kuningan juga datang dari Penggiat Ekonomi Kreatif Andi Mahiwal. Menurutnya, yang banyak yang ditonjolkan adalah budaya dan seni dari lokal.
“Kemarin pada saat karnaval kenapa memunculkan pakaian-pakian dari luar Kuningan. Kenapa tidak bangga memakai pakaian sunda atau Kuningan atau seni kuningan. Coba berapa pengeluaran untuk biaya sewa kostum?” tanyanya.
Ia menilai biaya yang besar itu bisa diarahkan untuk hal lain yang lebih bermafaat. Untuk karnaval yang dibutuhkan kreativitas bukan instan.
Andi berharap panitia lebih mementing kebudayaan Kuningan. Dengan begitu generasi muda mengetahui bahwa Kuningan kaya akan budaya dan seni.
Dari beberapa peserta yang kuninganmass.com wawancarai mengaku, kostum menyewa dari luar kota. Karena kalau beli mubazir dan kenapa menyewa dari luar karena banyak tersedia.(agus)