KUNINGAN (MASS) – Pertanian di lahan sempit menggunakan hidroponik dan polybag di Desa Paninggaran Kecamatan Darma jadi salah satu lokasi yang diexplore mahasiswa KKN kolaboratif dari perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Kuningan, mulai dari Unisa sampai Muhammadiyah, Selasa (16/7/2024).
Pertanian hidroponik dan polybag di Desa Paninggaran, dikelola kelompok pertanian setempat. Hidroponik, dikelola Buana Tani, sub organisasi dari karang taruna. Sementara polybag dikelola Kelompok Wanita Tani Taya Mandiri, yang berisi ibu-ibu setempat. Dua lokasi inilah jadi lokus mahasiswa KKN kelompok 34.
Untuk yang dikelola oleh buana tani berada di lahan khusus yang memang disediakan langsung oleh desa untuk produksi hidroponik. Sedangkan untuk produksi hidroponik yang dikelola oleh jaya mandiri berada di lahan belakang rumah ketua Jaya Tani itu sendiri dengan media polybag.
“Sayuran yang diproduksi oleh kelompok wanita tani jaya mandiri berupa sayuran kangkung, bayam, pakcoy, daun bawang, cabai, terong, tomat, caisim dan salada. Pengelolaan produksi dilakukan dengan memberdayakan masyarakat terutama wanita atau ibu ibu yang ada di paninggaran. Kangkung menjadi hasil produksi andalan ketika panen tiba. Karena sayuran jenis kangkung merupakan sayuran dengan waktu panen lebih cepat di banding jenis sayuran yang lainnya,” kata Siti Nurjanah, Ketua Wanita Tani Jaya Mandiri Paninggaran, sembari memamerkan lokasi pertanian.
Dalam kesempatan tersebut, Siti Nurjanah banyak bercerita pada mahasiswa soal apa yang menjadi kendala pertanian lahan sempit tersebut. Dalam proses produksi menuju panen ada beberapa permasalahan yang sering terjadi, adanya hama sayuran yang membuat penurunan kualitas sayuran yang dihasilkan.
Sehingga, lanjutnya, berimbas kepada penjualan karena kalo kualitasnya turun otomatis harga penjualan tersebut ikut turun dan bisa menyebabkan kerugian. Sejauh ini, kata Siti Nurjanah, hama bisa diatasi dengan pemberian pupuk cair jenis biotipul yang rutin disemprotkan setiap hari sebanyak 2 kali pada waktu pagi dan sore.
“Pemasaran masih menjadi masalah yang harus diselesaikan karena ketika sudah panen tidak semua jenis sayuran memiliki pengepul yang mau menampung seuluruh hasil panen. Semoga dengan hadirnya KKN Kolaboratif ini bisa memberikan suatu inovasi untuk memasarkan hasil panen ini,” harap Siti Nurjanah.
Sementara, mahasiswa kelompok 34 KKN Kolaboratif, Aga, mengaku pihaknya melihat bidang tani Desa Paninggaran memiliki potensi yang cukup besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Oleh sebab itu, pihaknya menyiapkan suatu program dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan dari produksi hasil tani tersebut.
“Seiring berkembangnya teknologi yang sangat pesat, kami menemukan suatu inovasi selain dipasarkan dengan cara konvensional yang sudah dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani Jaya Mandiri juga di perlukan penyesuaian dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini. Sebagai proker kami akan melakukan edukasi terhadap Kelompok Wanita Tani Jaya Mandiri dalam melakukan pemasaran dengan memanfaatkan teknologi agar profit yang didapatkan maksimal,” ujarnya.
Dengan segala aspek yang sudah dikembangkan oleh pelaku-pelaku tani terutama Kelompok Wanita Tani ini, lanjutnya, bisa menjadi acuan dalam menciptakan masyarakat yang sehat,unggul, dan produktif melalui pemberdayaan masyarakat sesuai dengan tema KKN Kolaboratif tahun ini. Sehingga, kata Aga, mencapai kondisi yang lebih baik dalam hal kesehatan, keunggulan, dan produktivitas agar desa-desa dapat bangkit dan berkembang. (eki)