KUNINGAN (MASS) – Ketua Santri Kabupaten Kuningan (SKK) KH Acep Moh Yahya menanggapi beredarnya isu akan ada aksi pada tanggal 22 Oktober yang merupakan momen Hari Santri Nasional.
Menurut KH Acep yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Sumur Cikedung Desa Ancaran Kecamatan Kuningan itu tidak menginginkan HSN diwarnai aksi jalanan.
Hal itu karena HSN bagi santri adalah momentum sakral yang harus di isi dengan kegiatan positif.
Tentu yang mampu mengingatkan kembali perjuangan para ulama dan santri dimasa lalu yang di pimpin oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari Pendiri Nahdlatul Ulama.
“Kita lihat bersama status Kuningan yang sudah di nyatakan zona merah oleh pemerintah,” ujanrya.
Sebaiknya semua fokus dalam penanganan pencegahan covid 19 dengan melakukan 3 M memakai masker,mencuci tangan dan Menjaga jarak. Hal ini agar penyebaran virus covid 19 di Kuningan bisa teratasi.
Menanggapi soal perdebatan diksi “Limbah” pihaknya berpandangan bahwa persoalan ini tidak mesti dibesar-besarkan.
“Kita harus bersama sama jujur pada diri kita sendiri semua yang terjadi pasti ada hikmahnya,” jelasnya.
Mungkin saja itu sebagai bahan renungan bagi asemua agar lebih berhati hati dalam bertutur kata, maupun jadi bahan renungan dalam menghadapi wabah pandemik covid-19.
Kemudian soal penyelesaian diksi “limbah”ini selesaikan saja di Badan Kehormatan DPRD Kuningan secara profesional dan tanpa tekanan dari pihak manapun.
“Kuningan ini pekerjaan rumahnya sangat banyak. Saya mendorong khususnya kepada pemerintah daerah dan lembaga DPRD agar terus fokus memberikan perhatian kepada pesantren-pesantren di Kuningan,kususnya lanjut dai, pondok pesantren Nahdlotul Ulama,” pinta KH Acep.
Apalagi status Kuningan masuk zona merah yang efeknya sangat luar biasa terhadap keberlangsungan kehidupan pesantren dan masyarakat secara luas, baik secara ekonomi,sosial,keagamaan ndan lain sebagainya.
Dalam hal ini seperti para pedagang kecil para pedagang menengah semua terkena imbasnya akibat status zona merah kuningan.
Sementara Wakil ketua SKK Kuningan K Oni Khoeroni Alumni Pondok Pesantren Al-Fadllu Kaliwungu ikut menyikapi persoalan ini.
“Kita tidak perlu reaksioner berlebihan kita kedepankan sikap yang arif dan bijaksana,” ujarnya.
Dalam agama Islma juga diajarkan untuk mengedepankan sikap tabayun karena manusia tidak luput dari kesalahan dan kehilafan.
“Mari kita sama sama jaga persatuan dan kesatuan Kuningan yang lebih baik, seperti dalam kaidah fikih mengucapkan” dar’ul mafaasid muqoddamun ala jalbil masholih ” yang artinya mencegah kemadharotan itu lebih di utamakan dari pada mengambil kemaslahatan,” tandasnya. (agus)