BANDUNG (MASS) – Organisasi Daerah Keluarga Mahasiswa Kuningan (KAMUNING) UIN Sunan Gunung Djati Bandung resmi melantik pengurus baru periode 2025-2026, Sabtu, (15/11/2025), di Sekretariat KMK Bandung Raya.
Tema yang di usung dalam pelantikan ini adalah “Krisis Ruh Organisasi: Menata Manajemen Program untuk Menjaga Keberlanjutan Gerakan” sebagai bentuk refleksi arah gerak organisasi ke depan. Acara berlangsung antusias dan penuh khidmat.
Pada kesempatan tersebut Demisioner Ketua Umum KAMUNING, Zubair Hafidhuddin, menyampaikan apresiasi atas kinerja pengurus sebelumnya dan rasa bangganya terhadap penerus estafet kepemimpinan.
“Saya mengucapkan terima kasih banyak atas kinerja dalam satu periode kepengurusan di kabinet cakrawangsa, dan saya bangga melihat teman-teman yang dapat meneruskan jejak perjuangan para senior. Ini menandakan bahwa KAMUNING masih tetap ada,” ujarnya.
Ia juga memberikan ucapan selamat kepada pengurus baru Kamuning dan berharap kepengurusan baru dapat terus memberi manfaat dan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Turut hadir Dewan Penasihat KAMUNING, Supiana, ia menegaskan pentingnya pengurus baru untuk menghidupkan organisasi melalui program strategis yang realistis dilaksanakan dalam satu periode.
“Pengurus baru harus bisa menghidupkan organisasi dengan membuat program strategis yang bisa dilakukan, bukan sekadar diidealkan. Silakan pilih dan kembangkan program tahun sebelumnya, serta perbaharui yang perlu diperbaharui,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, digelar juga upgrading pengurus sebagai ruang refleksi untuk memperdalam pemahaman mengenai ruh organisasi dan kapabilitas individu. Pemateri Suci Ramdhany Darmawan menyoroti fenomena mahasiswa yang kini lebih memilih aktivitas pragmatis seperti magang dibanding organisasi, sehingga organisasi kehilangan arah dan ruhnya.
“Organisasi bukan hanya wadah, tapi bagian dari kehidupan manusia,” ujarnya.
Ia juga memaparkan tantangan berorganisasi di era digital, mulai dari kebutuhan adaptif terhadap perubahan zaman, pengambilan keputusan digital, hingga persaingan dengan organisasi lain yang menawarkan lebih banyak manfaat.
Selain itu, ia menyinggung berbagai penyebab krisis dalam organisasi, seperti gap antara ideal dan realita, lemahnya budaya organisasi, serta perbedaan nilai antaranggota. Budaya yang hanya menekankan output tanpa memperhatikan outcome dan impact juga dinilai menjadi masalah klasik.
Kegiatan pelantikan dan upgrading tersebut diharapkan menjadi titik awal bagi pengurus KAMUNING 2025–2026 untuk memahami krisis ruh organisasi serta menata manajemen yang berfokus pada outcome dan impact. Pengurus baru juga diharapkan mampu menghidupkan kembali ruh organisasi sehingga KAMUNING dapat bergerak lebih terarah dan berkelanjutan. (didin)
