KUNINGAN (MASS) – Jam sebagai penunjuk waktu saat ini banyak sekali merek dan ragam bentuknya terutama jam dinding. Walaupun sebenarnya kita dimudahkan memperoleh informasi waktu dengan melihat dari jam tangan ataupun handphone, akan tetapi kehadiran jam dinding masih tetap dirasa perlu.
Mengingat jam dinding terkadang bisa dipakai sebagai pemanis ruangan, sehingga keberadaanya masih dipertahankan terlebih lagi jam antik yang terkadang memiliki nilai historis tersendiri bagi pemiliknya.
Seperti halnya jam bandul antik yang terpampang di dinding ruang tamu saya merupakan salah satu peninggalan kakek. Dulu beliau mendapatkannya dari seorang Babah Cina yang hendak pindah keluar Kota Kuningan.
Karena barang tidak memungkinkan dibawa semua jadi si Babah ini menjual sebagian barangnya termasuk jam antik tersebut, dan kebetulan kakek rupanya naksir jam dinding tersebut.
Jadilah jam dinding tersebut sejak kali pertama dibeli sampai detik ini tepat di tempatnya berada di atas pintu yang menghubungkan antara ruang tamu dengan ruang tengah.
Rumah yang ditinggali sekarang ini merupakan rumah kakek yang telah berpindah kepemilikan kepada saya setelah melalui proses jual beli. Sejak awal dibangun sampai sekarang struktur bangunan belum banyak mengalami perubahan, hanya perbaikan dan penyesuaian pada beberapa bagian bangunan.
Rumahnya sederhana namun masih kokoh dengan komponen jati pada kusen pintu maupun jendelanya. Keluarga kakek merupakan keluarga besar, sehingga banyak sekali kenangan dari saudara yang pernah tinggal atau yang kerap bertandang ke rumah ini termasuk salah satunya terkait jam antik tersebut.
Saya pun termasuk banyak menyimpan kenangan dengan jam antik tersebut. Sewaktu kecil kerap menghabiskan banyak waktu bermain disekitaran kebun, pekarangan rumah kakek bersama teman-teman, seperti halnya bermain gundu, petak umpet, gobak sodor dan aneka permainan lainnya yang sering dimainkan bersama. Selama bermain inilah dentang jam antik itu kerap dijadikan penanda maupun batasan waktu bermain.
Bahkan kalau sedang main layangan atau memanjat pohon jambu disamping rumah kakek masih terdengar bunyi dentangannya, sehingga bunyi jam tersebut betul-betul menemani hari-hari bermain dulu. Apalagi rumah orang tua berdekatan dengan rumah kakek dan Kebetulan posisi kamar saya waktu kecil dekat dengan ruang depan rumah kakek, sehingga terkadang kalau malam masih terdengar samar bunyi dentangan jam tersebut ketika berbunyi.
Boleh dibilang berbagai kenangan waktu kecil tersebut seolah lekat dengan kekhasan bunyi jam antik tersebut. Hal seperti ini mungkin terdengar sepele, tapi percayalah bila dihadapkan lagi dengan bunyi yang sama setelah puluhan tahun kemudian, akan menjadi kenangan tersendiri yang mampu membangkitkan visual pada momen tertentu.
Saat ini jam tersebut masih berfungsi normal, bunyi khas detak tik toknya masih nyaring berdetak. Begitupun bunyi dentangan sekali tiap setengah jam serta jumlah dentangan sesuai waktu yang ditunjuk masih terdengar keras namun lembut menjadi ciri khas yang lekat dengan bunyi jam ini.
Bahan dasarnya terbuat dari kayu jati berbentuk kotak dengan sedikit lekukan bagian bawah dan variasi bagian atasnya. Ukiran menonjol pada tiap bagian sudut luarnya menghiasi area kaca cembung penanda waktu dan kaca bagian bawah transparan yang memperlihatkan pergerakan bandulnya.
Warna peliturnya hitam lembut namun agak kusam karena berusaha dipertahankan warna aslinya, tapi inilah yang menjadi identitas utama jam ini. Hibino adalah merek jam tersebut dibuat oleh perusahaan Hibino Clock dari Nagoya Jepang.
Berdasarkan penelusuran di situs National Association of Watch and Clock diperoleh informasi kalau merek jam tersebut didistribusikan antara tahun 1940 sampai dengan 1949 pada masa perang dunia kedua. Untuk tahun pembuatannya bisa lebih tua lagi, kemungkinan sekitar tahun 1920-an bila menilik penjelasan salah satu anggota forum diskusi pada situs tersebut.
Jam antik dengan merek Hibino sepertinya cukup popular di masanya, mengingat begitu banyak ragam variasi bentuk serta jangkauan pasarnya yang luas. Bahkan ketika menelusuri situs bukalapak pun ternyata masih ada yang menjualnya dengan kisaran harga yang lumayan.
Jangan tanya kalau di situs jual beli luar semisal e-bay, disana lebih banyak lagi ragam variasi yang dijual dengan kondisi yang boleh dibilang sangat baik.
Begitulah barang antik terkadang untuk yang terkesan sepele pun harganya bisa sangat tinggi, bisa jadi karena kelangkaannya atau karena nilai historisnya. Untuk saya pribadi jam antik yang sekarang saya miliki tersebut bukan karena masalah harganya tapi nilai historisnyalah yang menjadikannya begitu berarti bagi saya.
Penulis : Agus Fitriyana,
merupakan fans Berat Rhoma Irama dan juga salah seorang anggota Fans of Rhoma and Soneta (FORSA) Kuningan