Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Economics

Inspirasi Dari Seorang Kakek 78 Tahun, Jualan Bandros Sejak Zaman Soeharto

KUNINGAN (MASS) – Kisah inspiratif ini berasal dari seorang Kakek bernama Warpan (78 Tahun). Seorang pedagang bandros atau serabi miring yang diketahui berasal dari Desa Benda Dusun Satu Kecamatan Luragung.

Ia telah berjualan sejak zaman Presiden Indonesia kedua yaitu Soeharto. Sampai saat ini pihaknya masih tetap berdangan jajanan kuliner tersebut. Lalu, Hal apa yang menjadi inspiratif dari kakek itu? Saat ditemui di Jl. Baru Ancaran, Kuningan, sekitar pukul 13.00 WIB, ia menceritakan kisah yang terkesan pilu namun penuh makna.

Berangkat dari rumah sekitar pukul 04.00 WIB dengan berjalan kaki hingga Oleced. Selanjutnya, ia kemudian menaiki transportasi umum sampai Windusengkahan. Di sanalah ia memulai berdagang kembali hingga melintasi Kuningan, Cirendang, Babakanreuma, Ancaran sampai kembali pulang ke Desa Benda.

“Angkat tabuh 04.00 WIB pami uih ka bumi biasana sok dugi magrib (Berangkat jam 04.00 WIB, kalau sampai rumah itu biasanya di waktu magrib),” ujarnya, Rabu (20/11/2024).

Advertisement. Scroll to continue reading.

Jika akhir-akhir ini sedang sering turun hujan, ia mengaku tetap berjualan meski harus berbasah-basahan, karena tak memiliki mantel. Kendati demikian, tak pernah sekalipun melewatkan shalat lima waktu. Saat waktunya tiba, ia akan rehat dan mencari area untuk melaksanakan ibadah.

Bahkan tak hanya itu, sesampainya di rumah sebelum merehatkan badan, terlebih dahulu ia menyiapkan untuk aktifitas dagang besok hingga pukul 23.00 WIB. Pada pukul 01.00 WIB bangun dari tidurnya untuk mendirikan shalat dan memasrahkan diri kepada Sang Maha Kuasa.

“Kieu bae abah mah da bade kumaha deui jalmi teu gaduh, putra teu gaduh, sareng istri oge tos pupus ti kawit tahun 2004 oge (Gini aja abah mah. Mau bagaimana lagi karena memang orang tak punya, anak tak punya istri pun telah meninggal lama semenjak tahun 2004),” ucapnya dengan senyuman mencoba tetap bersyukur.

Meski hanya meraup keuntungan Rp25 – 30 Ribu perhari, ia tak merasa kecewa dan tetap optimis. Ia mengungkapkan, semuanya telah diatur oleh Allah SWT. Manusia hanya bisa bisa berikhtiar dan menikmati kehidupan serta membuat bekal untuk kelak di akhirat nanti.

Advertisement. Scroll to continue reading.

“Alhamdulillah abah masih sanggup keneh icalan sanajan sok leuleus utamina sampean tur tonggong kusabab nanggung dagangan tea. Ayeuna mah abah sok reumeun istirahat. (Alhamdulillah kakek masih sanggup berjualan meski badan udah lemes terutama bagian kaki dan punggung karena mengangkat beban dagangan. Sekarang kakek sering istirahat),” tuturnya kembali.

Untuk sekarang ia mengaku masih tinggal di Desa Benda Dusun teptanya di RT 04. Namun untuk keterangan KTP mengikuti saudara bebuyutannya di Desa Mekarjaya Kec. Ciawigebang. Sementara untuk tinggal dan aktifitas sehari-hari ia lebih memilih di Desa Benda, lantaran tidak ingin terlalu merepotkan keluarga bebuyutannya.

“Abah mah alim ngarepotkeun teuing. Salagi masih tiasa ikhtiar keneh mah alhamdulillah milih ngalakonan heula. (Kakek gak mau merepotkan. Selagi masih bisa atau mampu ikhtiar, ya Alhamdulillah lebih memilih untuk melakukannya terlebih dahulu),” tutupnya. (zntk)

Advertisement. Scroll to continue reading.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Government

KUNINGAN (MASS)- Hingga Kamis pukul 11.10 WIB tim gabungan masih menyisir sungai Cisanggarung untuk menemukan Daswi (55). Warga Desa Benda Kecamatan Luragung itu diduga...

Politics

LURAGUNG (MASS) – Meski sudah diajukan ke pemerintah, bendungan permanen di Sungai Cisanggarung tak kunjung dibangun. Tiap pergantian musim para petani di Desa Benda...

Advertisement