KUNINGAN (MASS) – Ribuan pasang mata dan hati tertuju pada satu suara yang membela umat tertindas. Pada Jumat pagi (2/8/2025), Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kuningan menggelar talkshow bersama Ustadz Muuhammad Husein, Lc. aktivis kemanusiaan yang telah lebih dari satu dekade tinggal di Gaza, Palestina.
Acara bertajuk “Gaza Lapar, Dunia Diam?” ini menggugah kesadaran umat untuk terus bersuara lantang membela Palestina yang masih dijajah dan diblokade hingga hari ini.
Talkshow yang berlangsung di Lapangan STISHK ini turut menghadirkan Ucup Supriyatna (Direktur HK Peduli) serta Kiai Mulyadin, Lc., M.H. (Mudir Ma’had Husnul Khotimah), dan disiarkan secara langsung melalui kanal HKTV Channel. Dalam suasana yang khusyuk namun penuh semangat, ribuan santri dan masyarakat menyimak pemaparan yang menggugah kesadaran dan membuka cakrawala berpikir umat Islam.
Dalam penyampaiannya, Husein Gaza menekankan bahwa hubungan umat Islam dengan Palestina tidak boleh semata dilihat sebagai hubungan antara donatur dan penerima manfaat. Menurutnya, narasi seperti itu terbentuk karena pendekatan edukasi yang keliru selama ini. Ia menolak keras pola kajian yang berorientasi pada penggalangan dana namun minim pengetahuan.
“Kajian bisa tiga jam, tapi informasinya tidak ada yang baru. Donasinya justru lama, bahkan sampai lelang syal puluhan juta di dalam masjid,” kritiknya.
Bukan berarti ia menolak donasi, tapi Husein menegaskan bahwa orientasi utama saat ini seharusnya adalah edukasi dan pembebasan cara berpikir umat.
Mengutip pidato legendaris Salahuddin Al-Ayyubi saat pembebasan Masjidil Aqsa, Husein mengingatkan bahwa kemenangan tidak dimulai dari pedang, melainkan dari pena.
Salahuddin berkata, “Saya tidak membebaskan Baitul Maqdis dengan pedang kalian, tetapi dengan pena Al-Qadhi Al-Fadhil.” Kutipan itu menjadi titik tekan bahwa pembebasan Palestina akan mustahil terjadi jika umat belum lebih dulu membebaskan pola pikirnya.
“Leadership of mind before leadership of land. Bebaskan dulu pikiran kita,” seru Husein, yang disambut takbir dari ribuan hadirin.

Ustadz Muuhammad Husein, Lc. aktivis kemanusiaan yang telah lebih dari satu dekade tinggal di Gaza, Palestina. (foto : istimewa)
Husein kemudian menyingkap satu fakta penting bahwa Israel sejatinya bukan sebuah negara, melainkan proyek kolonial yang ditanam oleh negara-negara Barat. Ia menyebut Israel sebagai sebuah strategi kolonial yang dirancang untuk menghancurkan kebangkitan umat Islam dari pusat kekuatannya, yaitu Palestina.
Ia menegaskan bahwa alasan pemilihan tanah Palestina oleh zionis bukan karena klaim agama dalam kitab suci, melainkan karena lokasinya yang strategis sebagai jantung dunia Islam.
Ia juga mengutip surat Al-Anbiya ayat 71, yang menyebut bahwa Allah memberkahi tanah Palestina untuk seluruh alam. Dari ayat itu, para ulama menyimpulkan bahwa Palestina adalah barometer keberkahan dunia. Jika Palestina damai, maka seluruh dunia ikut damai.
Sebaliknya, jika Palestina ternoda oleh penjajahan, maka dunia pun akan hidup dalam sistem yang najis — termasuk sistem ekonomi, pendidikan, dan politik di negara-negara Muslim. “Indonesia tidak akan hidup dalam berkah, selama tanah pusat keberkahan masih dijajah,” tegasnya.
Tak berhenti disitu, Husein mengajak seluruh hadirin — khususnya anak-anak muda — agar tidak menjadi generasi pragmatis. Perjuangan membebaskan Palestina tidak bisa diselesaikan dengan sembako dan logistik semata. Menurutnya, perjuangan seperti ini adalah perjuangan panjang, berdarah, dan penuh pengorbanan yang menuntut kesabaran serta keteguhan arah berpikir.
Ia menyebut bahwa bahkan negara-negara besar seperti Amerika dan Jepang telah lama mengirim bantuan logistik ke Gaza, namun penjajahan tetap berlangsung. “Kalau kamu bilang, ‘Saya ingin Palestina merdeka dalam 3 tahun’, itu tidak realistis. Musuh bersiap puluhan tahun. Maka kita juga harus memulai dari sekarang—dari edukasi, dari membentuk pola pikir dan membangun generasi,” tuturnya.
Dalam penutupannya, ia mengguncang hati jamaah dengan sebuah pernyataan kuat. “Gaza bisa bertahan tanpa bantuan kita. Tapi kita tidak akan bertahan tanpa Gaza. Jadi yang butuh itu bukan Gaza kepada kita. Tapi kita yang butuh Gaza.”
Acara ini juga membuka donasi kemanusiaan melalui HK Peduli sebagai bentuk konkret kepedulian. Namun seperti pesan utama dalam talkshow ini, bukan jumlah donasi yang terpenting, melainkan arah perjuangan dan kesadaran yang mendalam. Teruslah bersuara. Jangan lelah. Jangan menyerah. Sampai Palestina merdeka. (didin)
