KUNINGAN (MASS) – Ketua DPC Partai Gerindra H Dede Ismail angkat bicara soal mundur dan keluarnya Hanyen Tenggono SH, sebagai Bacaleg dan kader Partai Gerindra.
“Pertama setiap warga negara mempunyai hak memilih dan dipilih, (Hanyen) memiliki hak memilih partai,” ujarnya mengawali, Minggu (28/5/2023) siang.
Meski begitu, ditegaskannya bahwa setiap Partai punya aturan dan strategi. Pun begitu di Gerindra, ada aturan, ada AD/ART organisasi yang harus dipatuhi.
“Partai bukan kendaraan umum yang bisa orang naik atau turun di tempat manapun karena kepentingan politik pribadinya,” ujarnya.
Posisi kader yang baru, lanjut Deis, tidak mungkin bisa ngatur partai. Apalagi, kader yang dimaksud belum pernah menyumbang suara untuk Partai Gerindra.
“Kan belum terbukti juga, seseorang harus membuktikan juga pada Pemilu. Kalo saya kan sudah 3 periode,” jawab Ketua Gerindra tersebut.
Ditegaskannya, Gerindra merupakan partai besar, dan selalu lebih besar dibanding caleg itu sendiri. Ia mencontohkan, keluarnya Sandiaga Uno yang tidak berpengaruh pada Partai yang dikomandoi Prabowo.
“Kalo saya menanggapinya berlebihan, kan nanti jadi trending topik membesarkan orang.
Kan saya bilang, saya ini udah 3 pemilu kepilih terus, gak butuh kader yang tak militansi. Hanyen baru, belum nyumbang 1 suara pun. Di Pemilu 2019 kan bukan kader, bukan siapa-siapa,” jawabnya setelah disinggung, khawatir tidaknya jika Hanyen ditikung partai lain.
Hanyen sendiri, dikatakan baru bergabung dengan Gerindra setahun terakhir. Hanyen, keluar dari pencalegan Gerindra setelah tak mendapat tempat di Dapil 2.
Dapil 2 sendiri, merupakan tempat Deis nyaleg dalam 3 periode, dan kini akan kembali mencalonkan kembali.
Di akhir, Deis mengaku pihaknya menghargai Hanyen sebagai person, juga generasi muda. Ia juga berterima kasih, Hanyen mengirim karangan bunga dan turut berduka atas kepergian sang ibunda. (eki)