KUNINGAN (MASS) – Hasil penelitian Litbang Kompas terkait temuan money politik dalam Pilpres 2024 dengan skema bantuan sosial (Bansos) cukup mengejutkan banyak pihak. Menurut peneliti senior Litbang Kompas Toto Suryaningtyas mengatakan, guyuran bansos terbukti memperkuat pertumbuhan elektabilitas capres Prabowo Subianto ketika berpasangan dengan cawapres Gibran Rakabuming Raka. Guyuran bansos dari pemerintah Jokowi masif terjadi dalam periode bulan November 2023 hingga 14 Februari 2024.
Faktor utama pasangan nomor urut 2 Prabowo-Gibran bisa memiliki suara tinggi karena pemilihan Gibran sebagai cawapres yang merupakan representasi dari suara pengikut Presiden Jokowi (Pemerintah) di sekitar Oktober-November 2023.
Bersamaan dengan dipasangnya Gibran sebagai cawapres, ada berbagai gerakan politik yang terjadi. Diantaranya seperti relawan Joko Widodo (Jokowi) yang bergerak untuk mempromosikan Prabowo-Gibran dan pemasangan baliho di seluruh wilayah Indonesia dengan melibatkan unsur aparat.
Lalu, siraman sembako yang diintensifkan kepada masyarakat dan dugaan praktik money politik menjelang hari pencoblosan. Hingga Jokowi yang bergerak berkeliling ke wilayah-wilayah basis PDIP dan lokasi daerah kampanye Ganjar pada bulan Januari 2024. Yang membuat, suara Prabowo-Gibran melonjak di atas ekspektasi, yakni hingga 40 persen. Langkah politis tersebut, mengakibatkan publik mulai ragu 01 dan 03 akan bisa bersaing, sehingga secara pragmatis berpindah ke 02.
Hasil survei pasca pencoblosan atau exit poll yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada tanggal 14 Januari 2024 memperlihatkan, seperlima bagian publik (20,3 persen) menyatakan pernah ditawari bansos dalam waktu sebulan sebelum pencoblosan. Baik berupa sembako maupun uang, oleh tim sukses dari parpol ataupun capres.
Jumlah seperlima bagian responden merupakan proporsi yang sangat besar jika diproporsikan ke total pemilih yang mencapai 204 juta, yaitu sekitar 51 juta orang. Proporsi tersebut hampir sama dengan data jumlah penerima bansos secara faktual dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024, diantaranya keluarga penerima manfaat (KPM) yaitu untuk Program Keluarga Harapan (PKH) 9,9 juta orang, Kartu Sembako untuk 18,7 juta orang, serta bantuan langsung tunai (BLT) El Nino untuk 18,6 juta orang.
Temuan dari hasil penelitian Litbang Kompas lain yang cukup mencengangkan adalah yaitu sebanyak tiga dari setiap empat orang yang ditawari bantuan tersebut mau menerima bansos dan hanya satu orang saja menolak.
Pemilih Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Prabowo-Gibran yang menolak berjumlah sekitar 4,5 persen responden, sedangkan pemilih Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar proporsinya lebih besar, yakni 8 persen. Pada periode bulan Oktober 2023 hingga 11 Februari 2024, bansos terus dikucurkan dengan berbagai “gimik” tambahan, seperti kenaikan bertahap uang lauk pauk TNI, dua hari sebelum pemilu Presiden Jokowi menaikkan tunjangan kinerja (Tukin) untuk Bawaslu dan termasuk materi kampanye “makan siang gratis”.
Seluruh langkah politik tersebut pada akhirnya membentuk elektabilitas yang tinggi bagi pasangan Prabowo-Gibran, mencapai angka lebih dari 58 persen pada perhitungan quick count dan menang curang dalam satu putaran.***
Kuningan, 02 Maret 2024
Uha Juhana
Ketua LSM Frontal