KUNINGAN (MASS) – Kabupaten Kuningan, yang terletak di kaki Gunung Ciremai, memiliki kekayaan alam dan budaya yang khas. Lingkungan geografis tersebut tidak hanya memengaruhi pola kehidupan masyarakat, tetapi juga membuka peluang bagi dunia pendidikan untuk memanfaatkan potensi lokal dalam pembentukan karakter anak.
Dewi Tunjung Dahliana, S.Pd salah satu guru di Kuningan mengatakan, guru memiliki peran yang sangat strategis dalam mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter dan mencintai lingkungannya. Menurutnya, di Kabupaten Kuningan, banyak sekolah berada di area pedesaan yang memiliki nilai-nilai budaya dan tradisi lokal yang kuat. Guru dapat menjadi teladan dengan mengintegrasikan nilai-nilai lokal, seperti gotong royong, rasa hormat terhadap orang tua, dan pelestarian lingkungan ke dalam pengajaran sehari-hari.
“Sebagai contoh, guru dapat menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dengan mengajarkan siswa untuk menjaga kebersihan sekolah dan mengelola sampah secara bijak,” ujarnya, Jum’at (15/11/2024).
Melalui telepon seluler, ia kembali menjelaskan, lingkungan alam Kuningan yang kaya, seperti Taman Nasional Gunung Ciremai, hutan-hutan, dan area pertanian, dapat dimanfaatkan sebagai laboratorium alami untuk pembentukan karakter. Guru dapat mengajak siswa belajar di alam terbuka, misalnya dengan kegiatan penanaman pohon, eksplorasi flora dan fauna, atau pengenalan budaya lokal seperti tradisi tani.
“Melalui kegiatan seperti ini, anak-anak dapat belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan, menghargai alam, dan mempraktikkan nilai-nilai tanggung jawab. Jika disebut belajar sambil healing juga bisa, yang jelas KBM asik tujuan dan capaian pun sampai,” jelasnya yang kini aktif mengajar di TK IT Al-Munawaroh Cipasung, Darma.
Kabupaten Kuningan dikenal dengan budaya Sunda yang menjunjung tinggi kesantunan, keramahtamahan, dan religiositas, lanjutnya. Guru dapat memperkuat nilai-nilai tersebut dengan mengajarkan siswa untuk menghormati tradisi lokal, seperti upacara adat atau seni Sunda, serta membiasakan sikap sopan santun dalam interaksi sehari-hari. Hal itu akan membantu siswa memahami dan melestarikan identitas budaya mereka.
“Kearifan lokal di Kuningan, seperti filosofi ngarumat leuweung (merawat hutan) dan ngamumule budaya (melestarikan budaya), dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran karakter. Guru dapat mengajarkan nilai-nilai ini melalui cerita rakyat, permainan tradisional, atau kegiatan berbasis proyek, seperti membuat dokumentasi budaya lokal,” lanjutnya.
Selain itu, menurutnya guru juga dapat mendorong siswa untuk berkontribusi pada komunitas mereka. Misalnya, di daerah pertanian atau perkebunan yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat, guru dapat mengajak siswa untuk memahami pentingnya kerja keras dan kebersamaan melalui program kerja bakti atau membantu masyarakat setempat dalam kegiatan sosial.
Lingkungan geografis Kuningan yang masih erat dengan nilai kekeluargaan memberikan peluang bagi guru untuk bekerja sama dengan orang tua dan komunitas dalam pembentukan karakter anak. Melalui kegiatan seperti pertemuan warga, program parenting, atau keterlibatan dalam acara sekolah berbasis komunitas, guru dapat memperkuat sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
“Dengan memanfaatkan potensi alam dan budaya setempat, guru dapat mencetak generasi muda Kuningan yang cinta lingkungan, menghargai tradisi, serta memiliki nilai-nilai moral yang kuat, sehingga mampu berkontribusi bagi pembangunan daerah dan bangsa,” pungkasnya. (ztnk)