KUNINGAN (MASS) – Sampai detik genosida Palestina yang dilakukan penjajah Israhell masih berlanjut. Penjajah mendapat bantuan logistik, senjata dan lain-lain dari negara adidaya dan sekutunya. Sementara Hamas melakukan perlawanan hanya seorang diri, negara muslim yang menjadi tetangganya tidak perduli. Bahkan berkhianat karena mereka justru bergandengan tangan dengan Israhell.
Dengan dukungan Amerika Benjamin Netanyahu menginginkan Gaza dikosongkan. Netanyahu merencanakan melakukan full occupation/ pendudukan penuh terhadap Gaza meskipun banyak yang menentangnya. Presiden Prabowo menyediakan pulau Galang kepulauan Riau untuk perawatan medis 2.000 warga Palestina yang terdampak penjajahan Israhell. Berbagai fasilitas menjadi sasaran bom bukan hanya mengarah pada Hamas, namun semua fasilitas umum sekolah, dan titik kumpul distribusi bantuan.
Gaza deliberately starved/pelaparan yang di sengaja kini menjadi senjata baru bagi zionis untuk melenyapkan penduduk Palestina. Para bapa yang mengantri bantuan bertaruh nyawa. Banyak anak-anak bahkan bayi yang menahan lapar akhirnya meregang nyawa. Zainab Abu Haleeb bayi 5 bulan yang meninggal karena malnutrisi merupakan salah satu bayi korban pelaparan yang disengaja.
Anak-anak Gaza, meski situasi sulit mereka tetap tetap gigih belajar. Mereka belajar di sekolah bawah tanah, tempat penampungan, tenda sekolah. Sebuah video viral di plafon X seorang anak Gaza yatim piatu terlihat penuh haru tengah mengikuti acara wisuda kelulusan sekolah. Mereka berhasil menyelesaikan pendidikan dalam situasi sulit.
Lain negeri lain pula penduduknya. Situasi yang sulit/genting di Gaza tidak menyurutkan semangat belajar mereka.
Sementara mahasiswa di Universitas Stanford sedang dilanda fenomena duck syndrome. Dalam ketenangan mereka sebenarnya sedang menyembunyikan kegalauan.
Demikian pula yang terjadi di beberapa kampus dunia, termasuk kampus di Indonesia. Mahasiswa sedang terpapar duck syndrom. Anisa Yuliandri, Psikolog dari Unit Pengembangan Karier dan Kemahasiswaan (UKK) Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan, istilah duck syndrome. Yaitu kondisi yang menggambarkan mahasiswa yang tampak tenang tetapi mereka sedang menahan tekanan yang tidak ringan (kompas.com 22/8/2025).
Pendidikan Islam vs Pendidikan Kapitalis
Apa yang membedakan kondisi anak-anak Gaza dengan mahasiswa yang terpapar duck Syndrom? Anak-anak Gaza tumbuh dalam situasi pembunuhan masal, pelaparan yang disengaja, kerusakan fasilitas hidup, tidak ada air, listrik mati namun mereka tetap semangat belajar. Sementara mahasiswa yang terpapar duck syndrom mereka hidup aman, tidak ada perang fasilitas hidup lengkap dan lain-lain. Kita dapati ada beberapa perbedaan mencolok diantara kedua kelompok dalam memandang kehidupan ini.
Anak-anak Gaza memahami sejarah negerinya. Mereka memahami bahwa mereka adalah penjaga Baitul Maqdis meskipun hidup di tengah pembantaian masal/genosida. Mereka akan tetap tinggal Gaza meski taruhannya nyawa. Maka mereka menyadari bahwa pendidikan sangat penting untuk bertahan.
Pendidikan seperti apa yang membuat mereka setegar dan setabah itu? Mereka mendapat pendidikan yang membentuk kepribadian Islam. Meski mereka yatim piatu, lingkungannya memberikan support luar biasa untuk pendidikan. Anak remaja di Gaza mampu memberikan pelajaran dan diskusi yang meyakinkan untuk anak-anak Gaza.
Inilah potret pendidikan di Gaza. Mereka berlomba dalam berkontribusi memberikan pendidikan. Ketangguhan anak Gaza dalam menyelesaikan pendidikan ibarat menemukan oase di Padang Pasir gersang. Meski hidup dalam kesulitan.
Mereka mampu menghalau segala rintangan.
Orang tua Gaza tidak mewariskan harta, mereka mewariskan Izzah/ kemuliaan sebagai penjaga Al-aqsa. Perang tidak menyurutkan semangat belajar anak-anak Gaza. Bahkan mereka berhasil menyelesaikan pendidikan tanpa kehadiran orang tua yang telah sahid. Sungguh teladan yang sangat inspiratif.
Kondisi lain yang menimpa mahasiswa akibat tekanan sistem kapitalis. Mereka berusaha eksis memenuhi tuntutan perfeksionis gaya kapitalis. Ketika mereka tidak mampu memenuhinya maka yang didapat adalah stress. Kondisi ini diperparah dengan habit keimanan yang kering.
Tujuan hidup yang hanya mengejar materi, mengejar tuntutan nafsu yang belum terpenuhi menambah beban stress. Mahasiswa di negeri sekuler tidak memahami hakikat kehidupan dan memiliki kesadaran politik yang rendah. Menjadikan duck syndrom krisis multidimensi yang tidak bisa dihadapi sendirian.
Mewujudkan Tajul Furudh
Umat Islam harus menyadari bahwa untuk mengakhiri perang di Gaza umat Islam harus bersatu. Haram bercerai berai. Umat harus mengangkat seorang pemimpin/Kholifah yang bersedia menjalankan syari’at Islam. Kholifah akan memobilisasi tentara muslim di seluruh negeri kaum muslimin untuk mengakhiri penjajahan di Bumi Al-Aqsa.
Dalam naungan Islam /khilafah anak-anak Gaza akan merasakan kehidupan yang baik dan bahagia. Namun untuk mewujudkannya perlu sinergi berbagai elemen umat Islam. Membangun kesadaran umat menjadi hal penting untuk aktivitas dakwah. Menghubungkan penderitaan Gaza dengan kebutuhan akan Khilafah merupakan hal yang harus difahami umat. Tanpa kesadaran itu umat kesulitan untuk bersatu.
Ketangguhan anak Gaza selayaknya menjadi inspirasi bagi mahasiswa yang terpapar duck syndrom. Ketangguhan mereka merupakan bukti hebatnya pendidikan Islam yang diterima anak-anak Gaza. Mereka memiliki keimanan yang kuat, sehingga tabah dalam menghadapi segala kesukaran. Merekapun menyadari posisinya sebagai penjaga Al-aqsa sehingga tidak akan meninggalkan Gaza.
Profil Mahasiswa Ideal
Sebagai seorang mahasiswa muslim
hakikatnya sebagai hamba Allah bukan sekedar calon karyawan atau calon pekerja. Disamping itu predikat khalifah Allah di muka bumi melekat pada diri mahasiswa muslim. Dengan kesadaran seperti ini kebahagiaan bukan lagi terletak pada materi, jabatan atau kedudukan. Namun terletak pada ridho Allah.
Mahasiswa muslim tidak perlu terjebak dalam tuntutan gaya hidup perfek yang melelahkan. Cukup fokus pada amal yang utama, menuntut ilmu dengan ikhlas, dan menyiapkan diri untuk berkontribusi bagi umat.
Pelajaran dari pemuda Ashabul Kahfi
Pemuda Ashabul Kahfi memperjuangkan keimanan mereka kepada Allah. Mereka menolak untuk menyembah berhala atau mengikuti ajaran yang menyimpang dari agama. Mereka hidup di tengah masyarakat yang musyrik dan raja yang kejam. Namun tetap teguh dalam beriman dan berusaha memperbaiki kondisi masyarakat sekitar.
Mereka berani mengajak kepada Kebaikan. Mereka berani menyerukan perubahan hakiki yaitu dengan beriman kepada Allah. Mereka punya nyali kuat/ berani, menyampaikan seruan tauhid kepada raja dzolim yang kejam. Dalam rangka memperbaiki kondisi masyarakat sekitar dengan mengajak mereka kembali beriman kepada Allah SWT.
Allah berfirman dalam
QS Al Kahfi ayat 14 :
“Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri, lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi, kami tidak akan menyembah tuhan selain Dia. Jika kami mengucapkan sesuatu yang lain, sungguh kami telah mengucapkan sesuatu yang sangat jauh dari kebenaran.”
Pemuda ashabul Kahfi menunjukkan keberanian dan keteguhan dalam memperjuangkan keimanan mereka. Serta menjadi contoh bagi umat muslim khususnya mahasiswa muslim dalam menghadapi tantangan hidup. Kita membutuhkan model generasi sekualitas Ashabul Kahfi dalam penyadaran politik. Kita membutuhkan generasi tangguh dan berani untuk perubahan sistem Islam sebagai solusi krisis multidimensi.
Termasuk membebaskan bumi Palestina dari cengkeraman penjajahan dan genosida Israhell. Wallahu ‘alam bishowab.
Penulis : Mardiyah
staf Pengajar di Pesantren Al-Mustanir Kuningan
