KUNINGAN (MASS) – Sejumlah politisi dan pegiat demokrasi yang mengatasnamakan Fordem (Forum Demokrasi) mendatangi kantor KPU Kuningan, Jumat (3/5/2019). Mereka mengungkap beberapa persoalan pemilu yang dianggap mencoreng demokrasi, khususnya pileg.
Persoalan tersebut, bukan hanya berkaitan dengan banyaknya korban nyawa dan sakit yang dialami petugas pemilu. Tapi juga dugaan pelanggaran pemilu baik money politics sampai dugaan manipulasi suara.
“Saya pernah mencoba melihat form C1 di beberapa TPS, beda desa, kecamatan dan beda dapil. Kan ada C1 yang diberikan KPPS kepada saksi caleg. Nah ternyata ada ketidaksinkronan antara jumlah yang didapat caleg. Diakhir jadi berbeda,” ungkap Nana Rusdiana.
Ia mencontohkan, misal parpol mendapatkan 8 suara. Kemudian calegnya memperoleh 4 suara. Seharusnya ketika dijumlahkan itu menjadi 12 suara. Tapi justru angkanya menjadi 92 suara.
“Nah, itu 80 suaranya buat siapa?. Tapi tadi menurut KPU sudah disinkronkan melalui pleno, oke terima kasih. Tapi saya melihat kejadian seperti ini tidak hanya di satu TPS, satu desa, satu kecamatan atau satu dapil. Tapi beberapa contoh di tempat berbeda-beda,” imbuhnya usai audiensi.
Melihat kondisi demikian, Nana menyimpulkan, kejadian seperti itu bisa saja karena adanya kelalaian penyelenggara. Bisa pula terdapat unsur kesengajaan, atau faktor situasi seperti kelelahan. Padahal kalau merujuk pada UU, terlepas situasi apapun, menurut Nana itu sebuah pelanggaran yang berkonsekuensi pidana.
“Saya kira dari sekian banyak pemilu, pemilu yang sekarang ini terburuk. Banyak dugaan manipulasi, money politics, penyelenggara yang sakit dan meninggal,” ucapnya.
Hasil audiensi mulai pukul 14.30 sampai 16.30 itu, akhirnya KPU memberikan ruang dalam upaya memberikan rasa keadilan. KPU mempersilakan para caleg atau masyarakat yang merasa dirugikan untuk melaporkannya ke bawaslu.
“Mumpung belum tanggal 7 Mei, karena mau pleno tingkat provinsi. Kita bisa melaporkan ke bawaslu disertai bukti, dan nanti bawaslu mengeluarkan rekomendasi ke KPU untuk membuka C1 hologram untuk disinkronisasi,” seru Nana kepada para caleg yang merasa dirugikan. (deden/bersambung)