KUNINGAN (MASS)- Meski sudah lama diproduksi cake peuyeum ketan merk PeuyeumpuanKu menuai protes dari berbagai pihak. Pasalnya, nama PeuyeumpuanKu berkonotasi negatif terhadap kaum perempuan. Nama itu dianggap omongan lak-laki hidung belang untuk mencari perempuan.
Agar permasalahan ini tidak berpolemik panjang, Bidang Perempuan Dinsos PP dan PA Kuningan serta Gabungan Organisasi Wanita Kuningan mendatangi pelaku usaha. Kebetulan produkan makanan itu diproduksi oleh Nancy Wulandani warga Kampung Pajawan RT 13/ 3 Desa Gandasoli Kecamatan Kramatmulya.
“Ya kemarin kita ke rumah pemilik cake merk PeuyempuanKu. Tujuan terkait pemberian nama kalau bisa diganti dan kami siap membantu,” ujar Kabid PP Hj Iin Hartini MSi kepada kuninganmass.com, Selasa (26/2019).
Kebetulan lanjut dia, Bidang Pemberdayaan Perempuan selalu melakukan pembinaan kewirausahaan bagi kelompok PEKKA atau Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga, sehingga jangan khawtir untuk pengembangan dan pemasarannya.
Sementara itu, Kadisperindag Agus Sadeli MPd siap untuk membantu proses pergantian merk tersebut. Ia memaklumi banyaknya yang protes terkait nama tersebut karena memang kurang ‘sreg’ di telinga.
“Kita harus menyesuaikan dengan budaya di masyarakat, jadi sang pemilik jangan baper dengan masalah ini. Justru warga sangat perhatian demi kemajuan produknya,” tandasnya.
Agus mengaku, pertama kali mengenal produk PeuyeumpuanKu pada saat Food Festival tahun 2017. Pada saat itu memang sedikit kaget dengan nama itu karena memang kesan ada sedikit negatif. Tapi, karena itu singkatan maka didukung dan kalau saat ini ada reaksi maka mau tidak mau harus diganti.
Terpisah, Owner PeuyeumpuanKu Nancy Wulandani mengaku, PeuyeumpuanKu kepanjangan dari kata Peuyeum Ketan Punya Kuningan. Bukan perempuan di plesetin jadi PeyempuanKu .
“Saya ga ada maksud untuk melecehkan kaum perempuan. Padahal di luar sana banyak merk dagang yang kurang pantas dipake. Selama ini saya belum pernah dapat protesan dari masyarakat dan masyarakat sudah ngena di merk itu,” jelasnya.
Nancy mengatakan, kalau merk itu melecehkan kaum perempuan, harusnya dari awal sudah ditegur oleh Disperindag dan Dinas Koperasi dan UKM, Karena merupakan binaannya UKM dan IKM. Malah dari Disporapara sangat mendukung sampai ditawarin billboard.
“Dan saya pameran dihadiri bupati dan wakil bupati. Bahkan ada ibu-ibu PKK juga da ada yang protes. Saya jadi bingung, di belakang ini tuh sebenarnya siapa?” jelasnya. (agus)