KUNINGAN (MASS) – Tanggal 17 Agustus 2020 merupakan hari kemerdekaan Indonesia yang ke 77. Semua elemen masyarakat menggelar berbagai kegiatan untuk memperingatinya. Tapi berbeda dengan Unisa, sebut saja kampus islamis atau agamis di Kabupaten Kuningan.
Kenapa demikian? Hal tersebut, sudah jelas dengan adanya berita yang sangat mengejutkan beberapa hari kemarin, terkait polemik internal di jajaran petinggi Unisa Kuningan. Ada yang menyebutkan, sesuatu yang jelas tak perlu dipertegas. Lalu bagaimana dengan hal yang tidak jelas namun tidak diperjelas?
Masalah internal menjadi eksternal. Secara tidak langsung nilai pendidikan sangat jelek, atau sebut saja mentalitas jiwa seorang petinggi akademisi yang minim. Padahal Unisa dikenal sebagai kampus yang islamis, tidak pernah mendengar kata anarkis ataupun sadis. Lalu kenapa sekarang seolah menjadi permainan yang praktis? Bahkan bersikap apatis?
Ada apa dengan akademisi kampus? Seolah tidak terjadi apa-apa, padahal hal ini berdampak luar biasa? Kemana para mahasiswa? Agen perubahan dan control sosial merupakan dua peran yang tertanam sejak dahulu kala! Lalu sekarang kemana?
“Maklum”, mungkin merupakan kata yang tepat untuk diungkapkan. Malu tapi mau, malu tapi mau. Mungkin yang sebenarnya terjadi dikalangan akademisi seperti itu. Mereka mau bergerak namun malu karena beberapa sebab. Tapi ada juga yang bersikap pemalu, namun mereka bergerak karena mau merubah sesuatu hal dengan kemampuannya meski terbatas.
Ayolah jangan cuek. Masalah eksternal saja semangat untuk dilawan, sementara masalah internal kenapa seolah diabaikan? Apakah hanya bisa menunggu? Atau tepatnya menanti sambil memantaskan diri untuk menjadi pengganti?
Penulis bukan so sakti dan suci, melainkan hanya mengingatkan diri. Kenapa dan sejak kapan jadi seperti ini? Oh… akademisi yang harusnya mengabdi dan memberikan contoh untuk diteladani. Bagaimana kalian menyikapi kemerdekaan di negeri ini?
Terkhusus buat para petinggi, dewasakan diri, selesaikan masalah sejak dini, dan jangan bersikap seperti bocah yang tak tahu diri. Cerita sini, silaturahmi, mari kita ngopi, dan jangan takut mempermalukan diri jika itu untuk kemajuan negeri. Semoga, masalah yang terjadi termasuk sifat pribadi, dapat diselesaikan dengan saling menurunkan ego diri. Mudah-mudahan Allah SWT meridhoi. Ammiinnnnn
Penulis : Argi Moch. Z.P (Mahasiswa MPAI Unisa Kuningan)