CIREBON (MASS) – Dengan misi perlawanan terhadap krisis iklim dan ketidakadilan yang terus mengakar, Climate Rangers Cirebon menggelar aksi “Draw The Line” bertema September Hitam, dipimpin oleh koordinator Aldi Komara. Aksi ini merupakan bagian dari gerakan global yang mendesak para pemimpin dunia, termasuk Presiden RI Prabowo Subianto, untuk mengambil langkah tegas menghadapi darurat iklim, kekerasan struktural, dan ketimpangan sosial, Sabtu (20/9/2025).
Aksi ini berlangsung serentak di 33 titik lokasi di seluruh Indonesia dan melibatkan lebih dari 60 komunitas dan organisasi, sebagai bentuk solidaritas menjelang pengumuman komitmen iklim Indonesia (Second NDC) dan pidato Presiden Prabowo dalam Sidang Umum PBB di New York pada 23 September. Momen ini juga menjadi pengingat bahwa hanya tersisa 6 minggu menuju KTT Iklim COP30 di Brazil, di mana arah kebijakan iklim global akan ditentukan.

Climate Rangers Cirebon menggelar aksi “Draw The Line” bertema September Hitam, Sabtu (20/9/2025). (Foto: Rangers)
Suara Anak Muda dari Cirebon: Kami Menuntut Keadilan
Dalam orasi dan aksi damai yang digelar di ruang publik Cirebon, para peserta menyuarakan lima tuntutan utama:
1. Partisipasi rakyat dalam kebijakan iklim dan lingkungan, termasuk pengesahan RUU Keadilan Iklim dan RUU Masyarakat Adat.
2. Perlindungan terhadap rakyat, bukan oligarki, dengan penolakan terhadap kriminalisasi aktivis dan tuntutan agar militer tidak mencampuri urusan sipil.
3. Pembebasan segera pejuang demokrasi yang ditahan karena menyuarakan keadilan.
4. Pengadilan terhadap pelaku pembunuhan Munir dan korban lainnya, sebagai bentuk penegakan hukum dan penghormatan terhadap HAM.
5. Reformasi menyeluruh terhadap POLRI dan lembaga negara, demi terciptanya sistem yang transparan dan berpihak pada rakyat.
Aldi Komara menegaskan bahwa aksi ini bukan sekadar simbolis, melainkan bagian dari gerakan yang lebih besar untuk menuntut perubahan nyata. “Kami menggambar garis batas terhadap ketidakadilan. Kami menolak diam saat bumi dan rakyat terus dikorbankan,” ujarnya.
Momentum Global, Seruan Lokal
Gerakan “Draw The Line” telah menjadi panggung bagi anak muda Indonesia untuk menyampaikan aspirasi mereka secara kolektif. Dari festival seni iklim di Jogja hingga aksi rantai manusia di Cirebon, suara generasi baru semakin lantang menuntut transisi energi yang adil, penghentian penggunaan bahan bakar fosil, dan komitmen menuju 100% energi terbarukan berbasis komunitas. September hitam menjadi penanda bahwa Cirebon belum lepas dari pekat hitamnya asap PLTU.
Dengan semakin dekatnya COP30, aksi-aksi seperti ini menjadi penanda bahwa rakyat Indonesia, khususnya generasi muda, tidak akan tinggal diam. Mereka menuntut agar janji-janji iklim tidak hanya menjadi retorika, tetapi diwujudkan dalam kebijakan yang berpihak pada masa depan. (eki)
