KUNINGAN (MASS)- Akhir-akhir ini Satpol PP Kuningan gencar melakukan razia terhadap rumah-rumah kost. Razia tersebut dilakukan sebagai upaya penegakan ketertiban umum dan mengantisipasi tindakan asusila.
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Kuningan, Nurcholis Mauludin Syah dari Fraksi Gerindra menilai langkah tersebut belum menyentuh akar persoalan secara menyeluruh. Ia meminta Satpol PP mengambil langkah tegas terhadap penyimpangan sosial lainnya, termasuk perilaku LGBT yang dinilai meresahkan sebagian masyarakat.
Nurcholish menyoroti beredarnya grup Facebook LGBT dengan ribuan anggota didalamnya. Hal tersebut memicu keprihatinan dari DPRD Kuningan, terkhusus Komisi IV yang membidangi pendidikan, kesehatan, sosial hingga perlindungan ibu dan anak.
“Saya nggak menyalahkan perilakunya, tapi kalau misalkan dari grup itu membawa efek buruk ke lingkungan sekitar atau Kabupaten Kuningan saya tentu nggak suka. Saya tidak mendiskriminasi mereka suka sema jenis, karena mereka juga layak mempunyai pekerjaan dan bersosialisasi, tapi tidak menyenangkan prilaku mereka,” ujarnya Nurcholish, Rabu (30/7/2025)
Ia meminta Satpol PP untuk memperhatikan lingkungan sosial lainnya, diantaranya tindakan menyimpang seperti suka sesama jenis.
“Mudah-mudahan Satpol PP disaat melakukan rajia kost-kostan tidak menemukan laki-laki dan laki-laki,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam menangani isu LGBT. Menurutnya, tidak cukup hanya satu dinas yang bergerak, namun perlu sinergi antara Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, DPPKP3A, Satpol PP dan Kementerian Agama
“Bukan hanya pemerintah tetapi dari masyarakat di sekitar lingkungannya masing-masing harus saling mengingatkan, mengedukasi terkait bahaya LGBT. Orang tua juga menjadi garda terdepan dalam penanggulangan awal,” ucapnya.
Lebih lanjut, Nurcholish juga menyoroti kaitan antara LGBT dengan risiko penyebaran penyakit HIV/AIDS. “Karena kalau laki-laki suka laki-laki ditakutkan penyebaran HIV semakin banyak,” ujarnya.
Ia mengapresiasi langkah yang telah dilakukan Dinas Kesehatan, mulai pendamping, penanganan 1×24 jam, hingga mengingatkan minum obat secara rutin.
“Terkait yang sudah kena HIV, kita tinggal bagaimana memberikan perawatan dan pendampingan dan mensosialisasikan kepada masyarakat Kuningan bahwa penyakit itu ada,” ucapnya.
Sementara itu, mengenai ciri-ciri pelaku LGBT, ia mengaku tidak bisa mengidentifikasi secara langsung. “karena ada juga yang bergaya seperti laki-laki perkasa ada juga yang pelamboyan, itu tidak bisa di ukur. Orang tua harus lebih peka dan bisa langsung menyelidiki anaknya jika terdapat perubahan perilaku padanya,” ujar Nurcholish.
Ia mencontohkan pelaku LGBT, seperti laki-laki yang mulai bergaya perempuan entah itu bermackup, ataupun dari cara mereka berpakaian perempuan.
Ia juga mengajak seluruh pihak terkait untuk saling mengingatkan, serta mengedukasi dengan cara yang efektif, tidak dengan cara kekerasan.
“Saya meminta ke DPPKP3A untuk bersama satpol pp bahkan lebih bagus berkolaborasi dengan penega hukum untuk menindak tegas soal grup LGBT ini. Ini sangat disayangkan Kabupaten Kuningan ada grup LGBT, takutnya grup ini menyebar luas,” ujarnya.
Nurcholish juga menegaskan, pentingnya strategi pencegahan. Hal itu bisa dimulai dari kolaborasi antar sektor, seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Satpol PP hingga Kementerian Agama untuk terus menggencarkan edukasi yang berkaitan dengan isu LGBT.
“Satpol PP sangat diharapkan untuk menindak tegas kalau ada gerombolan LGBT apalagi dilingkungan umum,” pungkasnya.(didin)
