KUNINGAN (MASS) — Seni tari tetap menjadi salah satu warisan budaya yang patut dijaga dan dilestarikan di era gempuran globalisasi. Salah satu sosok muda yang berkomitmen untuk mewujudkan hal tersebut adalah Chintia Fadillah Ramadhani, seorang mahasiswi berusia 21 tahun yang saat ini menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon dengan jurusan Hukum Keluarga.
Chintia, yang berasal dari Desa Cirea, Kecamatan Mandirancan ini aktif dalam berbagai organisasi sosial dan kegiatan kepemudaan, termasuk Organisasi IMK dan Karang Taruna Desa. Melalui keterlibatannya dalam organisasi tersebut, ia tidak hanya berfokus pada pendidikan formal, tetapi juga berkontribusi dalam pengembangan masyarakat dan pelestarian budaya lokal.
Ia menggambarkan pandangannya tentang kehidupan dan seni serta hobi menarinya bukan hanya sekadar aktivitas, tetapi juga menjadi bentuk ekspresi diri dan cara untuk menyampaikan pesan sejarah dan budaya kepada generasi muda.
“Hidup adalah seni menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil,” tuturnya kala diwawancara kuninganmass.com pada Kamis (7/8/2025).
Melalui seni tari, Chintia melihat potensi besar untuk mengenang leluhur dan merayakan keberagaman. Ia juga mengajak generasi muda untuk tidak hanya menikmati seni tari, tetapi juga menjadikannya sebagai bagian dari jati diri bangsa. “Seni tari adalah bahasa tubuh yang menyampaikan rasa, sejarah, dan budaya tanpa perlu kata,” jelasnya.
Ia berharap agar seni tari tidak hanya dipentaskan, tetapi juga dihargai sebagai warisan budaya yang luhur. Ia percaya bahwa generasi muda perlu terus belajar dan melestarikan tarian tradisional, sembari berinovasi dengan kreasi tari modern yang tetap berakar pada nilai budaya. “Kita harus mampu menciptakan karya yang relevan dengan zaman, namun tetap menghormati tradisi yang ada,” tambahnya.
Selain itu, Chintia juga menginginkan dukungan dari sekolah, komunitas, dan pemerintah untuk memberikan ruang bagi para penari muda untuk berkembang. “Dengan dukungan yang tepat, para penari muda dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitas mereka,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya menjadikan seni tari sebagai sarana persatuan, edukasi, dan ekspresi bagi semua kalangan. “Seni tari bisa menjadi jembatan untuk mempererat hubungan antarbudaya, dan memperkaya kehidupan sosial kita,” tambah Chintia.
Chintia berharap bahwa tarian tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga menjadi identitas bangsa yang membanggakan di mata dunia. “Kita ingin dunia melihat bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, dan seni tari merupakan salah satu representasinya,” pungkasnya. (raqib)
