KUNINGAN (MASS) – Ikhlas adalah buah keimanan. Keikhlasan harus selalu ada pada diri seseorang sebelum beramal, terlebih dalam amal dakwah agar memperoleh balasan yang terbaik dari Allah SWT.
Dikatakan ikhlas beramal ketika orientasi seseorang semata mengharap keridhaan Allah tanpa memperhatikan keuntungan duniawi.
Rasulullah SAW bersabda: “Beruntunglah hamba yang mengambil tali kendali kuda fi sabilillah, rambutnya kusut dan kakinya berdebu. Jika ia menjaga, maka benar-benar menjaga, jika berada di barisan belakang, ia benar-benar menjaga barisan belakang.” (HR Bukhari).
Apabila hal itu ada pada seseorang maka ia akan menjadi seorang penyeru dakwah (dai) dengan pikirannya yang bersih dan keyakinannya yang tegak lurus hanya mengharap balasan Allah SWT, dan tidak terselip harapan yang bersifat pragmatis.
Allah SWT berfirman: “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS Al-An’am [6]: 162).
Dalam ayat lain, “Katakanlah, “Hanya Allah yang aku sembah dengan memurnikan ibadah-Ku kepada-Nya.” (QS Az-Zumar [39]: 14).
Cukup bagi seorang dai memahami bahwa hanya Allah yang menjadi tujuannya, dan hal itu pula yang selalu berkumandang dalam hati dan pikirannya. Keikhlasan menjadi sangat penting karena akan mempengaruhi keistikomahan seorang dai di jalan dakwah.
Keikhlasan bergantung pada niat dan motivasinya. Jika amal dakwah dilandasi dengan niat dan motivasi yang tulus dan ikhlas karena Allah, maka seorang dai akan istikomah di jalan dakwah hingga akhir hayat. Tidak berjatuhan di jalan dakwah.
Manakala niat dan motivasinya hanya sekedar tujuan duniawi, maka yang didapat pun hanya apa yang menjadi niat dan motivasinya. Apabila niatnya tercapai, bisa jadi ia akan berhenti dari jalan dakwah. Apabila tidak tercapai, sangat mungkin akan menyebabkan dirinya mundur perlahan tanpa berita dari jalan dakwah.
Berkaitan niat dan motivasi amal di jalan dakwah, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (HR Bukhari dan Muslim).
Beramal di jalan dakwah sungguh tidak mudah. Apabila bukan karena Allah, pastilah akan sangat gampang menyerah. Apabila tidak memegang teguh janji-Nya, pastilah kalah. Apabila tidak ikhlas, pastilah susah, lemah dan goyah hingga mundur dari dakwah.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita para dai agar istikomah beramal di jalan dakwah. Amin.
Penulis : H. Imam Nur Suharno dan Hj Siti Mahmudah
(Penceramah Agama)