KUNINGAN (MASS) — Banjir bukan hanya soal curah hujan tinggi, tetapi juga tentang bagaimana kita mengelola ruang dan lingkungan. Inilah pandangan tajam Agus Tri, warga Windusengkahan, yang menyoroti peran penting area resapan dalam mencegah banjir di Kuningan.
Banjir di Kuningan yang semakin sering terjadi, termasuk di beberapa titik cekungan seperti di Windusengkahan, bukan semata karena curah hujan tinggi. Agus Tri, warga setempat, menegaskan penyebab utama adalah semakin berkurangnya area resapan air akibat pesatnya pembangunan.
“Dulu, sekitar tujuh tahun lalu, banjir di sini jarang terjadi. Sekarang, air meluap karena pemukiman semakin padat, sementara area resapan semakin sempit,” kata Agus dalam podcast KuninganMass, Senin (10/3/2025).
Menurutnya, pertumbuhan jumlah bangunan tidak diimbangi dengan sistem tata ruang yang baik. Banyak rumah dibangun tanpa mempertimbangkan area terbuka hijau atau saluran air yang memadai.
“Orang bangun rumah di lahan kecil, yang harusnya 30% untuk resapan, malah dibangun semua. Akhirnya, air hujan enggak punya tempat meresap dan langsung mengalir ke jalan,” jelasnya.
Agus berharap, ada regulasi yang jelas terkait pembangunan rumah, termasuk penerapan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) yang mempertimbangkan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL). Lebih lanjut, pernyataannya bisa menjadi pengingat bagi pemerintah dan masyarakat Kuningan untuk lebih peduli terhadap tata ruang dan mitigasi bencana agar banjir tak menjadi bencana rutin setiap musim hujan.
“Kita enggak bisa cuma nyalahin hujan. Harus ada solusi nyata, mulai dari memperbaiki saluran air hingga memastikan pembangunan tetap ramah lingkungan,” pungkasnya. (argi)
