KUNINGAN (Mass)- Selain merendam 700 rumah di Desa Cibingbin, banjir juga meredam 1.150 rumah milik warga Desa Citenjo Kecamatan Cibingbin. Bukan hanya rumah tapi juga harta benda milik warga ikut menjadi korban.
Menurut Kaur Ekbang Aat Supriatna, 150 rumah yang selamat karena lokasinya sedikit diatas rumah yang teredam, sehingga air tidak mampu menjangkau.
Sementara untuk motor yang terendam sebanyak 800 unit, 15 unit mobil. Bahkan salah satunya mobil jenis Karimun sempat terbawa hanyut sebelum diselamatkan warga.
Untuk alat-alat rumah tangga tidak ada satu pun yang terselamatkan. Air banjir yang disertai lumpur pekat setebal 3 cm membuat rumah semakin kotor.
Selain itu, juga 50 ekor kambing hanyut, ditambah satu ekor sapi. Sedangkan hewan unggas tidak terhitung jumlahnya. Adapun jumlah kerugian lebih dari Rp2 miliar.
Aat menerangkan, saat ini warga tengah fokus pembersihan lumpur. Untuk makan disediakan dari dapur umum sehingga warga bisa fokus membersihkan rumah.
“Sejak kemarin listrik mati dan Alhamdulillah jam 16.13 sudah nyala kembali. Listrik nyala itu sangat penting bagi warga karena semua warga menggunakan air sumur. Ketika air nyala maka bisa membersihkan lumpur,” tandas Aat yang mengaku belum bisa tidur karena harus membantu warga.
Aat sendiri terbilang beruntung karena rumahnya tidak ikut teredam banjir. Warga yang rumahnya terendam ketika tidur mengungsi ke musala atau ke rumah saudaranya.
Ia berharap kejadian ini membuka mata semua pihak sehinngga bisa melakukan pengerukan sungai. Menurutnya, banjir ini bukan hanya murni akibat terjadi pendangkalan tapi ada faktor lain yakni gundulnya hutan yang ada di Cibingbin.
“Kalau kata saya alam sedang balas dendam karena ulah kita. Maka sekarang semua intropeksi diri. Semoga tidak ada banjir susulan,” ucap dia.
Ia membenarkan, banjir yang terjadi bukan sekali. Desa Cibingbin memang sudah tiga gali. Namun, Desa Citenjo baru merasakan kembali setelah 33 tahun lalu.
“Tidak semua desa di Kecamatan Cibingbin ikut terendam karena kan ada yang jaraknya jauh dari sungai,” pungkasnya. (agus)