KUNINGAN (MASS) – Pandemi Covid-19 melanda dunia. Sejak Maret 2020 mulai masuk ke kawasan Indonesia, banyak korban yang terdampak, dan meninggal tak terelakkan. Merespon kondisi wabah tidak kunjung berakhir kebijakan terus dilakukan, guna menekan lonjakan korban alih-alih justru jumlahnya makin melejit.
Sekian kebijakan yang terus dilakukan, pemerintah melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai 3 sampai 20 Juli 2021 mencakup 122 Kabupaten kota wilayah Jawa dan Bali.
Seperti dilansir oleh Kompas.com. Cakupan area PPKM Darurat untuk wilayah Jawa dan Bali mencakup sebanyak 48 Kabupaten atau Kota dengan asesmen situasi pandemi level 4. Sementara untuk Kabupaten atau Kota dengan assesmen situasi pandemi level 3 area PPKM Darurat wilayah Jawa dan Bali, mencakup sebanyak 74 Kabupaten atau Kota.
Namun banyak pakar yang menyayangkan, walaupun pemerintah membuat kebijakan mulai dari PSBB dan PPKM mikro, ternyata kebijakan pemerintah tak terbukti ampuh dan membingungkan. Dan pasa akhirnya tidak beda jauh menurut kurva korban terdeteksi virus Corona makin meningkat tajam.
Salah satu pernyataan dari Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman. PPKM Darurat adalah respons darurat, tetapi esensinya tidak ada yang berbeda signifikan, potensi perburukan masih akan terus terjadi dan langkah konkret yang mestinya dilakukan adalah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (pikiran rakyat -bekasi.com, 1/7/2021).
Dan sebenarnya sejak awal kedatangan wabah, para pakar dan ahli banyak menyarankan untuk mengkarantina wilayah atau lockdown, hal ini guna untuk memutus mata rantai penularan virus Corona. Akan tetapi pemerintah masih setengah hati untuk memberlakukan karantina tersebut. Pemerintah lebih mengkhawatirkan ekonomi terpuruk ditambah biaya lockdown juga terbilang tinggi.
Sehingga PPKM Darurat bukan kebijakan efektif untuk antisipasi kepentingan dan lonjakan Covid. Seperti itulah wajah dimana sistem kapitalisme dijadikan pijakan dalam mengatur urusan rakyat, mengorbankan nilai materi atas nama penyalamatan ekonomi lebih ditonjolkan, dan asas manfaat jadi patokan sedangkan nyawa rakyat jadi taruhan.
Padahal dalam Islam sudah dijelaskan ketika suatu wilayah terkena wabah. Sebagaimana dimasa Rasulullah terserang wabah kusta, sekitika itu memerintahkan untuk mengunci wilayah atau melockdown, guna untuk memutus tidak ada penyebaran wabah ke tempat lain.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. “Jauhilah orang yang terkena kusta, seperti kamu menjauhi singa.” (HR. al-Bukhari)
Seharusnya sikap para pemimpi muslim, seperti yang dicontohkan baginda Rasulullah langsung bertindak tegas dari awal sehingga masalah pandemi tidak berlarut- larut seperti ini.
Wallahu’alam bishshawab
Penulis: Euis Hasanah A.Md
Penggiat Literasi