KUNINGAN (MASS) – Para pedagang kecil dengan modal empot-empotan wajib dilindungi oleh pemerintah daerah. Sebagai pemimpin rakyat, bupati diminta agar tidak berpihak pada perusahaan raksasa yang mengancam eksistensi pedagang kecil.
Pernyataan itu dilontarkan salah seorang mahasiswa asal Kuningan, Egy Syahrial Hakiki. Ia mencoba menyikapi kebijakan pemda menyangkut menjamurnya toko modern, termasuk gerai daging dan telur ayam yang mulai merangsek pasaran di Kabupaten Kuningan.
“Sepengetahuan saya, 2 gerai yang sekarang mulai berdiri di banyak titik itu milik pemodal besar, atau bisa dikategorikan perusahaan raksasa. Kalau jenis usahanya sama dengan pemodal kecil, ya tentu kompetisinya tidak seimbang,” kata Egy, Kamis (17/6/2021).
Kalau mau mewujudkan ekonomi yang normal, perusahaan sebesar itu tidak mesti tampil sebagai pengecer. Sebab persaingan akan tidak adil, ketika “berperang” dengan pedagang kecil.
“Kalau mau jadi agen, ya jualnya ke pedagang, bukan menjual ke pengecer juga. Saya yakin pemilik perusahaan raksasa itu dulunya pedagang kecil, yang merasakan gimana sulitnya mendapatkan pembeli. Coba lah berempati,” ujar mahasiswa yang nyambi jadi pengusaha kecil-kecilan tersebut.
Justru Egy merasa salut kepada salah satu partai yang secara terbuka mengeluarkan sikap penolakan. Sudah seharusnya, sikap seperti itu dimiliki oleh semua parpol di Kuningan sebagai representasi wong cilik. Sikap politik tersebut bakal mampu menghapus julukan kabupaten termiskin.
Kepada para pejabat yang sedang manggung, dia juga meminta agar tidak berlomba-lomba membikin toko modern. Sebab, akan terjadi pula ketidakadilan ekonomi dari sisi perizinan.
“Ya kan kalau pejabat mah izinnya mulus, beda dengan rakyat biasa. Kalau ada kekurangan dalam syarat perizinan, mudah ditolerir,” pungkasnya. (deden)